REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- TikTok menolak tawaran pembelian aplikasi mereka oleh Microsoft. Presiden Amerika Serikat (AS) telah memberikan tenggat waktu kepada TikTok hingga 15 September untuk menjual aplikasi ke perusahaan Amerika Serikat atau menutup bisnisnya.
Microsoft dan Oracle merupakan perusahaan AS yang bersaing untuk membeli aplikasi TikTok dari perusahaan asal China, ByteDance. Penolakan TikTok atas tawaran Microsoft, membuka peluang bagi Oracle untuk membeli aplikasi tersebut.
CEO Oracle Larry Ellison diketahui adalah pendukung Trump. Pada Februari lalu, Ellison mengadakan acara penggalangan dana sebagai bentuk dukungan terhadap Trump untuk melaju dalam pemilihan presiden pada November mendatang.
The Wall Street Journal dan Reuters melaporkan, seorang sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan, Oracle telah memenangkan penawaran untuk membeli TikTok. Sebelumnya, Oracle secara serius mempertimbangkan untuk membeli bisnis TikTok di AS, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Pada Ahad (13/9), Microsoft mengumumkan bahwa ByteDance tidak akan menjual operasional TikTok di AS ke Microsoft.
"Kami yakin proposal kami akan baik untuk pengguna TikTok, sekaligus melindungi kepentingan keamanan nasional. Kami berharap dapat melihat bagaimana layanan berkembang di area penting ini," ujar pernyataan Microsoft, dilansir BBC, Senin (14/9).
Trump memerintahkan ByteDance untuk menjual bisnis TikTok kepada perusahaan AS dalam 90 hari atau jatuh pada 15 September. Jika tidak ada kesepakatan, maka pemerintah AS akan menutup aplikasi TikTok. Penjualan bisnis TikTok adalah bagian dari tindakan Trump terhadap perusahaan teknologi China di AS. Trump mengatakan aplikasi buatan China seperti TikTok, WeChat, dan Huawei dapat mengancam keamanan nasional, karena data penggunanya dapat dibagikan kepada pemerintah China.
Dua minggu lalu, China mengumumkan pembatasan baru pada ekspor teknologi. Aturan tersebut diyakini bertujuan untuk menunda penjualan TikTok. Pembatasan tersebut berarti beberapa teknologi seperti artificial intelligence akan membutuhkan persetujuan pemerintah sebelum diekspor.
TikTok menjadi sangat populer karena memiliki algoritma sangat canggih yang dapat memprediksi apa yang ingin ditonton oleh penggunanya. Teknologi semacam ini sekarang akan mendapat sorotan dari pemerintah China. South China Morning Post melaporkan, algoritma yang sangat bernilai tersebut tidak akan dijual.