REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI -- Pasukan Libya Timur, Rabu (23/9), menyatakan mereka telah membunuh pemimpin kelompok ISIS di Afrika Utara, Abu Moaz al-Irak, dalam serangan di kota gurun selatan, Sebha, awal September.
Juru bicara Tentara Nasional Libya (LNA) Ahmed al-Masmari mengatakan Abu Moaz termasuk di antara sembilan orang militan yang tewas dalam serangan itu, tetapi kematiannya baru diketahui setelah serangan.
ISIS di Libya dibentuk oleh kelompok militan Al Qaida yang mengambil keuntungan dari kekacauan, setelah pemberontakan pada 2011 melawan Muammar Gaddafi, untuk merebut wilayah dan melancarkan serangan. Kelompok tersebut mengambil kendali kota pesisir tengah, Sirte, pada awal 2015 dan membangun kekuatan di wilayah gurun selatan yang luas serta jaringan aktif di kota-kota utama. Namun, kelompok itu didepak dari Sirte pada akhir 2016.
Sejak itu, pergerakan ISIS terbatas pada serangan yang dilakukan sesekali, termasuk satu serangan ke markas Perusahaan Minyak Nasional pada 2018 dan satu lainnya ke kantor Kementerian Luar Negeri pada 2019, keduanya di Tripoli. Masmari mengatakan Abu Moaz al-Irak, yang juga dikenal sebagai Abu Abdullah al-Irak, memasuki Libya pada 2014 dan menjadi pemimpin kelompok itu pada 2015 ketika pemimpin sebelumnya tewas.
Ancaman global ISIS telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir setelah "kekhalifahan" yang diproklamasikan kelompok itu di Irak dan Suriah dikalahkan secara militer, dan sebagian besar pemimpinnya terbunuh. Namun, kelompok itu masih mampu memicu serangan di seluruh dunia, kata para ahli keamanan.
LNA menguasai wilayah timur serta sebagian besar Libya selatan dan telah bertahun-tahun berkonflik dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA), yang diakui secara internasional, di Tripoli.