REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak pandemi Covid-19, kecerdasan buatan atau artificial intellegence (AI) menjadi salah satu teknologi yang mencuri perhatian. Hal ini tak lepas dari kemampuan AI yang dapat membantu pekerjaan manusia.
Teknologi ini bisa digunakan untuk membantu para tenaga medis mendiagnosis pasien, hingga membantu pemerintah dalam membuat kebijakan untuk menekan angka penyebaran Covid-19.
Konsultan Internet of Things (IoT), Ivan Sie, memaparkan beberapa contoh penggunaan AI di era pandemi untuk membantu mengatasi penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV2 tersebut. Misalnya, dengan virtual health care assistant (chatbot).
Teknologi AI di dalam fitur ini membantu menjawab pertanyaan seputar Covid-19 ketika pengguna bertanya tentang penyakit tersebut. "Jadi, kenapa butuh chatbot? Karena bayangin sekian banyak orang contohnya di Indonesia 275 juta orang, kalau separuh aja nanya virus ini gimana? Siapa yang akan sanggup menjawab satu per satu." ujar Ivan dalam webinar "Artificial Intelligence untuk New Normal", beberapa waktu lalu.
Selain itu, kecerdasan artifisial juga kini digunakan untuk diagnostik dan disease surveillance AI. Contoh dari diagnostik AI adalah software Linking Med yang digunakan dokter-dokter untuk membantu mendiagnosis Covid-19 itu sendiri.
Kemudian, ada pula pemanfaatan intelligent drones and robots. Perangkat ini salah satu yang sudah banyak dipakai, terutama di Cina. Mereka menyebarkan drone dan robot untuk memperhatikan bagaimana tingkah laku orang, apakah menaati physical distancing.
Keempat adalah facial recognition dan fever detector AI. Sebelumnya, untuk solusi tradisional, petugas kerap kali harus mengukur suhu dengan termometer tembak. Menurut Ivan, sekarang ini, pemeriksaan suhu sudah mulai diganti dengan solusi baru menggunakan heat tracker solution.
Pemanfaatan teknologi ini sudah digunakan di pusat perbelanjaan maupun kantor. Seseorang cukup mendekat dan sistem yang sudah dilengkapi kamera termal itu akan mendeteksi apakah orang yang diperiksa menggunakan masker dan memiliki suhu badan tinggi atau pun normal.
Data-data orang yang diambil itu akan masuk ke pemetaan. "Kalau sekarang itu Telkom sudah menerapkan PeduliLindungi, tapi itu tergantung tiap orang bagaimana dia jujur apa enggak isi datanya," katanya.
Lebih canggih lagi, Ivan menambahkan, AI sudah memantau pergerakan orang. Teknologi itu bisa melihat siapa saja yang sudah maupun belum ter identifikasi, apakah orang tersebut sudah pernah melakukan tes Covid- 19, bagaimana temperatur tubuh mereka, dan apakah mereka memakai masker atau tidak. Datadata tersebut akan masuk dalam big data Covid-19.