Jumat 25 Sep 2020 13:38 WIB

Diary Penyintas Covid-19 (6):Masa-Masa Kritis di Wisma Atlet

Pikiran negatif sempat menghantui saya.

 Pasien Covid-19 berada di salah satu tower di kawasan Rumah Sakit Darurat (RSD) wisma atlet, Kemayoran, Jakarta.
Foto: Republika/Prayogi
Pasien Covid-19 berada di salah satu tower di kawasan Rumah Sakit Darurat (RSD) wisma atlet, Kemayoran, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid*

Meski anggapan isolasi di Wisma Atlet masih lebih nyaman dibandingkan menjalani perawatan di rumah sakit, namun tidak berarti semua berjalan seperti yang diharapkan.

Baca Juga

Status sebagai pasien Covid-19, ditambah bagi mereka yang mengalami gejala, merasa jauh dari keluarga atau beban pikiran lainnya menyeruak membuat penyesuaian juga tidak mudah.

Seperti saya di awal perawatan di Wisma Atlet. Meski terhitung sehat dan bergejala ringan, namun pikiran negatif sempat menghantui saya.

Pikiran untuk berupaya tetap sehat dan terjaga, justru menjadi beban tersendiri bagi saya. Ditambah pikiran mengenai kondisi ibu saya yang juga menjalani perawatan di rumah sakit, bapak, adik serta ponakan yang harus isolasi di rumah menjadi makin menambah beban pikiran.

Belum dengan gejala yang saya rasakan, meski hanya demam saat malam menjelang pagi hari, namun tetap membuat makin sulit di awal-awal. Ditambah efek penyesuaian obat yang sempat membuat saya menjadi bingung, merasa gelisah karena alasan tertentu.

Tapi berbekal keyakinan, doa dan optimistis semua masa-masa itu mulai terlewati. Perlahan, demam mulai hilang di hari kedua, penciuman yang hilang juga sudah mulai membaik di hari ketiga dan total pada hari keempat.

Beban pikiran juga mulai berkurang, saat itu kondisi keluaga di rumah mulai terkendali, ibu saya pun sudah berangsur membaik. Semangat mulai kembali meninggi, ditambah dukungan teman-teman, orang-orang kantor semakin menumbuhkan semangat.

Berkenalan dengan teman-teman di Wisma Atlet juga perlahan membuat mulai kerasan untuk tetap tinggal. Kabar baik dari teman-teman yang satu persatu diperbolehkan pulang, juga menambah semangat untuk segera sehat.

Hampir tiap hari waktu kepulangan, biasanya teman-teman Wisma Atlet saling memberi selamat dan semangat. Selamat sudah sembuh dan kembali bertemu kehidupan normal, dan semangat untuk terus berjuang melawan virus kecil nan merepotkan ini.

Alhamdulilah, sangat terhitung beruntung di hari kelima di Wisma Atlet, sudah sangat fit seperti semula. Karena ada, di antara teman di Wisma Atlet lainnya yang memiliki gejala, membutuhkan waktu agak panjang untuk kembali fit.

Namun, di saat kondisi sudah fit itulah, ujian datang kembali saat memasuki hari ke tujuh di Wisma Atlet. Kabar duka datang dari ibu saya yang tutup usia setelah berjuang melawan Covid-19.

Meski sempat membaik di lima hari terakhir dan berkomunikasi lancar, nyatanya virus itu telah menyerang fatal fungsi paru-paru ibu saya, hingga akhirnya beliau tidak bisa melanjutkan perjuangan.

Lantas, bagaimana saya saat itu? Terpuruk tidak membuat saya menyerah, justru membangkitkan semangat saya untuk sembuh, untuk memulai kehidupan lebih baik demi membuat ibu saya berbahagia dari tempatnya saat ini.

(Bersambung...)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement