REPUBLIKA.CO.ID, JERMAN- Islamofobia atau ketakutan kepada Islam disebut ada di setiap sudut Eropa. Tidak hanya berarti secara kolektif merendahkan dan mendiskriminasi orang Eropa yang menganut Islam, tetapi insiden kekerasan terhadap Muslim meningkat.
Hal ini diungkapkan Patrycja Sasnal Kepala Proyek Timur Tengah dan Afrika Utara di Institut Urusan Internasional Polandia dan Yasemin El Menouarq yang merupakan ahli masalah sosial dan Kepala proyek Religion Monitor di Bertelsmann Stiftung di Jerman.
"Kami mengetahui sejak krisis pengungsi dan migrasi pada 2015 dan serangan teroris jihadis di Prancis, Spanyol dan Jerman, Muslim menderita reputasi yang sangat buruk di masyarakat kita. Pada 2019, penelitian yang dilakukan untuk Religion Monitor Bertelsmann Stiftung sekali lagi menegaskan ketidakpercayaan yang meluas terhadap Muslim di seluruh Eropa," jelas Yasemin.
Kebencian terhadap Muslim ini ditegaskan juga oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) yang mengkonfirmasi temuan ini dalam makalah terbarunya tentang peningkatan dan makna kejahatan rasial terhadap Muslim. Begitu pula Badan Koordinasi polisi Eropa, Europol, pada 2019, terorisme sayap kanan melonjak. "Yang lebih mengejutkan adalah betapa cepatnya rasisme anti-Muslim berubah menjadi kekerasan," jelasnya.
Dalam laporan terbarunya, Dewan Eropa memperingatkan, Eropa menghadapi kenyataan yang mengejutkan yaitu kejahatan rasis antisemit, anti-Muslim dan rasis lainnya meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan. OSCE juga menguatkan temuan ini dalam makalahnya sendiri tentang kejahatan rasial terhadap Muslim.
Survei di Jerman menyebutkan sekitar 52 persen dari mereka yang disurvei pada awal 2019 mengatakan mereka menganggap Islam sebagai ancaman. Persepsi ini tetap stabil pada level tinggi selama sekitar 10 tahun. Di Polandia, dengan hanya sedikit Muslim, orang Arab yang biasanya diidentifikasi sebagai Muslim telah menjadi etnis yang paling tidak disukai selama lebih dari satu dekade.
"Kabar baiknya adalah berkat protes Black Lives Matter, sekarang tumbuh kesadaran untuk anti-xenofobia di seluruh benua termasuk Polandia dan Jerman. Ribuan orang berkumpul musim panas ini dalam demonstrasi anti-rasis dan antifasis. Di Jerman, sebagai akibat langsung dari gerakan Black Lives Matter, Bundestag baru-baru ini meminta DeZIM-Institut untuk mendirikan Monitor Rasisme, dengan dana 10 juta euro," ungkapnya.
Sumber: https://www.theguardian.com/commentisfree/2020/sep/28/europe-social-pandemic-hatred-muslims-blm