Kamis 01 Oct 2020 12:08 WIB

'Peringatan Kesaktian Pancasila Bukan Sekadar tentang 1965'

Rakyat perlu waspada agar peristiwa serupa tak berulang, apalagi dengan wujud berbeda

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Agus Yulianto
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Presiden Moeldoko meminta masyarakat memaknai Hari Kesaktian Pancasila secara luas. Ia tak menampik bahwa peringatan ini dilatari oleh peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965. Namun, menurut Moeldoko, Pancasila harus dimaknai lebih luas. Tak sekadar hanya soal peristiwa 55 tahun lalu tersebut. 

"Itu memang sebuah peristiwa sejarah yang harus selalu diingatkan kepada generasi muda. Tapi mari kita maknai secara lebih luas. Pancasila harus mewarnai seluruh segi kehidupan kita. Bukan sekadar bicara peristiwa 1965. Kalau dari peristiwa itu pelajaran yang dibangun adalah kewaspadaan," ujar Moeldoko di kantornya, Kamis (1/10). 

Khusus bicara mengenai peristiwa tahun 1965, Moeldoko memandang bahwa pelajaran yang bisa dipetik adalah kewaspadaan. Masyarakat perlu waspada agar peristiwa serupa tidak berulang, apalagi dengan wujud yang berbeda. 

"Peristiwa-peristiwa itu harus menjadi ingatan. Kita harus berpikir maju, tetapi tetap tidak boleh melupakan masa lalu. Jangan sekali-sekali kita melupakan sejarah," kata Moeldoko. 

Hari Kesaktian Pancasila sendiri menjadi pengingat bagi Bangsa Indonesia untuk terus merawat ideologi Pancasila. Momentum ini juga sekaligus menjadi penegasan bahwa komunisme dan leninisme dilarang di Indonesia. 

Pagi tadi, Presiden Jokowi juga memimpin upacara pringatan Hari Kesakitan Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement