Ahad 04 Oct 2020 06:02 WIB

Temuan Fosfin, Ilmuwan Kini Berlomba Kirim Misi ke Venus

Berbagai misi akan diluncurkan untuk menyelidiki gas fosfin yang ditemukan di Venus.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Atmosfer Venus.
Foto: slash gear
Atmosfer Venus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Penemuan gas fosfin yang mengejutkan bisa menjadi tanda kehidupan di Venus. Peristiwa ini kembali minat ilmiah di planet tetangga terdekat Bumi.

Para peneliti dan badan antariksa di seluruh dunia kini berlomba untuk mengarahkan instrumen mereka, baik di Bumi maupun di luar angkasa, menuju Venus untuk memastikan keberadaan gas, yang disebut fosfin. Sebelum mempertimbangkan secara serius kemungkinan itu, para ilmuwan sangat ingin memastikan fosfin benar-benar ada di Venus.

Baca Juga

Dilansir dari Nature, Sabtu (3/10), belum semua orang yakin dengan pengamatan tim. Itu sebagian karena para peneliti hanya mengidentifikasi satu garis penyerapan untuk fosfin dalam data mereka.

Ilmuwan planet Jason Dittmann dari Massachusetts Institute of Technology mengusulkan untuk menggunakan dua instrumen. Yakni, fasilitas teleskop inframerah NASA di Hawaii dan yang ada di Observatorium Stratosfer NASA untuk Astronomi Inframerah.

Jauh dari Bumi, rencana lain sedang terjadi. Tiga misi dijadwalkan terbang mendekati Venus dalam beberapa bulan mendatang, yaitu pesawat ruang angkasa BepiColombo Eropa dan Jepang, dalam perjalanan ke Merkurius, pengorbit surya Badan Antariksa Eropa dan Parker Solar Probe NASA, keduanya dalam perjalanan menuju matahari.

Pengamatan oleh pesawat ruang angkasa ini menguntungkan karena tidak akan dibatasi oleh atmosfer Bumi. Namun instrumen tersebut dirancang untuk melihat hal lain, seperti permukaan Merkurius atau matahari, jadi tidak jelas apa perangkat tersebut memiliki kepekaan yang tepat untuk mendeteksi fosfin di atmosfer Venus.

Misi yang lebih menjanjikan kemungkinan besar masih dalam pengembangan, yang dapat diubah untuk mendukung deteksi fosfin. Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) memiliki pengorbit Venus bernama Shukrayaan-1, yang rencananya akan diluncurkan pada 2025. ISRO tidak menanggapi permintaan komentar Nature tentang rencananya untuk Venus.

Tetapi Sanjay Limaye, seorang ilmuwan planet di Universitas Wisconsin-Madison mengatakan ISRO memiliki cukup waktu untuk mempertimbangkan kembali instrumennya. Menurut Limaye, jika tidak melihat peluang itu adalah sebuah kesalahan.

Amerika Serikat dan Eropa juga sedang memikirkan misi ke Venus yang dapat memberikan data berguna tentang potensi kelayakan planet atau bahkan secara langsung mencari tanda-tanda kehidupan.

Sebuah tambahan untuk misi NASA yang diusulkan disebut VERITAS yang akan menyelidiki tanda-tanda kehidupan adalah sebuah kemungkinan.

“VERITAS memiliki ratusan kilogram massa peluncuran berlebih yang dapat dipilih NASA untuk digunakan sebagai pesawat ruang angkasa tambahan yang dirancang untuk tujuan itu,” ujar Sue Smrekar dari Jet Propulsion Facility NASA.

Sementara itu, jika para astronom dapat memastikan deteksi fosfin, mereka ingin mengesampingkan metode produksi lain yang masuk akal sebelum mempertimbangkan bahwa itu terbuat dari organisme hidup. Itu akan mencakup pembuatan model untuk menyelidiki eksperimen laboratorium untuk mencari jalur kimia yang tidak dipertimbangkan dalam studi awal.

“Pemodelan adalah respon yang masuk akal saat ini. Kebanyakan kimiawi yang kami pikirkan untuk Bumi didominasi oleh air. Di Venus, bukan itu masalahnya. Jadi ada banyak eksperimen yang belum pernah dilakukan oleh siapa pun,” kata Matthew Pasek, seorang kosmo biogeokimia di University of South Florida di Tampa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement