Rabu 07 Oct 2020 15:00 WIB

'Pengusaha UMKM di Masa Pandemi Harus Bekerja Lebih Keras'

Para pengusaha diingatkan untuk melakukan inovasi dan juga kolaborasi.

Rep: my32/my33/ Red: Fernan Rahadi
UMKM (ilustrasi)
Foto: UGM
UMKM (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Roda penggerak UMKM di masa pandemi Covid-19 saat ini harus bekerja lebih keras agar mampu bertahan dan bisa mendapatkan pemasukan. Strategi pun harus dirancang agar usaha atau bisnis UMKM di masa pandemi saat ini tidak gulung tikar. Salah satu strategi terbaik saat ini dengan masuk ke industri daring (online).

"Strategi yang kami lakukan dengan masuk di industri online seperti Gojek dan Grab Food. Kami lebih menekankan di situ dan juga kami berikan diskon secara maksimal," tutur seorang pengusaha kuliner Christopher Sebastian saat acara Talk Show "Selasa Bersama HIPMI: Upaya Meningkatkan Pemasukan Sektor UMKM selama Masa Pandemi Covid-19" yang disiarkan secara live streaming via YouTube BNPB Indonesia, Selasa (6/10).

Ia mencontohkan, pihaknya di masa pandemi saat ini sering memberikan promo-promo dan juga kerja sama dengan beberapa food blogger serta beberapa publik figur. "Kami juga sediakan menu terbaru yakni frozen food," ujarnya menambahkan.

Christopher mengungkapkan karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), mal yang ada di kota-kota saat ini menjadi sepi sehingga menyebabkan beberapa outlet harus ditutup. Omzet pun menurun karena krisis berkepanjangan yang menyebabkan daya beli menurun.

Pemberlakuan PSBB, sambung dia, juga dilatarbelakangi oleh maraknya kasus Covid-19 di klaster perkantoran. Untuk hal itu ada beberapa cara bagi pengusaha untuk menangani hal ini yaitu dengan memperketat atau memberikan sanksi.

"Banyaknya klaster baru di perkantoran dikarenakan kurangnya disiplin, tidak ada sanksi yang tegas, atau denda terhadap misalnya penggunaan tidak menggunakan masker. Jadi sebenarnya yang perlu diterapkan adalah peraturan disertai dengan sanksi yang tegas," kata Christoper

Sementara itu, pengusaha kuliner lainnya, Donny Pranomo mengatakan perusahaannya pada masa pandemi ini tetap berjalan dengan menerapkan prorokol kesehatan yang sangat ketat dan memberikan layanan tes cepat (rapid test) kepada para karyawan.

"Untuk selama ini memang di kantor kami betul-betul menerapkan protokol kesehatan seketat mungkin. Jadi harus ada peraturan dan juga sanksi yang jelas dan di kantornya juga terdapat Satgas Covid-19," kata salah satu pendiri Sour Sally itu.

Dalam masa pandemi saat ini, perusahaan diharapkan mampu untuk beradaptasi dan berani berubah supaya bisnis tetap terjaga dan kesehatan pun juga terjaga.

Donny menambahkan mulai bulan Mei ia memperketat aturan yang ada di kantornya. Salah satunya adalah menerapkan untuk karyawan yang naik kendaraan umum diharuskan kerja dari rumah (WFH). Kemudian mengganti rapat fisik (physical meeting) menjadi rapat daring (online meeting).

Saat ini, ujar dia, para pengusaha kuliner hanya bisa berharap pemerintah untuk tidak memperpanjang PSBB agar tidak mempersulit para pengusaha di sektor ekonomi. Donny juga menyarankan agar PSBB dianalisa lebihdalam lagi dan lebih spesifik pada tempat yang memiliki risiko penyebaran sehingga ekonomi mampu berputar lagi.

Pengusaha kuliner lain, Jodi Janitra, pun memberikan pesan kepada para pengusaha UMKM agar melakukan inovasi dan juga kolaborasi dengan perusahaan lainnya. "Saatnya kita melakukan inovasi dan silaturahim ke sesama teman pengusaha. Karena barangkali ada hal-hal yang dikolaborasikan hingga membuat kita tetap bertahan. Tapi yang paling penting adalah jangan egois," ujar Jodi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement