REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengundang menteri luar negeri Armenia dan Azerbaijan ke Moskow pada Jumat (9/10). Putin hendak membahas cara menghentikan pertempuran yang melibatkan kedua negara di Nagorno-Karabakh.
"Setelah serangkaian percakapan telepon dengan Presiden Azerbaijan Ilkham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Federasi Rusia membuat seruan untuk menghentikan permusuhan saat ini di zona konflik Nagorno-Karabakh karena alasan kemanusiaan, dengan tujuan untuk melanjutkan pertukaran jenazah dan tahanan," kata layanan pers Kremlin pada Kamis (8/10), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Menurut Kremlin, upaya mediasi antara Armenia dan Azerbaijan akan dijembatani oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Sebelumnya ketua bersama The Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) Minsk Group, yakni Prancis, Amerika Serikat (AS), dan Rusia dilaporkan melakukan pertemuan di Jenewa, Swiss, pada Kamis. Mereka membahas upaya untuk menghentikan pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan.
"Kami ingin semua orang memahami bahwa adalah kepentingan mereka untuk segera menghentikan permusuhan tanpa syarat dan bahwa kami memulai negosiasi," kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian kepada komite urusan luar negeri parlemen Prancis.
Menurut Le Drian perwakilan Rusia, Prancis, dan AS juga akan bertemu di Moskow pada Senin pekan depan. Kesempatan itu akan digunakan untuk mencari cara membujuk pihak yang bertikai agar merundingkan gencatan senjata.
Sejauh ini Armenia dan Azerbaijan mengabaikan seruan gencatan senjata yang disuarakan ketua bersama OSCE Minsk Group. Sejak pertempuran di Nagorno-Karabakh pecah pada 27 September lalu, lebih dari 360 orang telah dilaporkan tewas.
Mereka termasuk 320 personel militer, 19 warga sipil di Nagorno-Karabakh, dan 28 warga sipil Azerbaijan. Pertempuran itu menjadi yang paling mematikan sejak perang 1991-1994 yang menewaskan 30 ribu orang.