REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menyatakan kehadiran seorang pemimpin secara langsung dalam penanganan COVID-19 di suatu daerah sangat penting.
"Hari ini COVID-19 tidak bisa dikendalikan modal handphone atau vidcon (video conference) saja. Memang ada hal teknis dan biasanya dalam suasana yang sedih, stres, kehadiran pemimpin itu penting," kata Ridwan Kamil yang biasa disapa Emil dalam wawancara dengan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro di kantor presiden Jakarta, Jumat (9/10).
Menurut Emil ia pun merasakan sendiri saat memonitor langsung ke lapangan bagaimana respon warga. "Warga itu banyak yang berterima kasih, banyak yang mendoakan, itulah kenapa kita harus imbang lah, kapan di ruangan, kapan di lapangan," tambah Emil.
Emil mengaku berkantor di Depok sejak Jumat, 2 Oktober 2020. "Jabar itu kan penanggulangan COVID-nya terbagi tiga geografis ya karena berbeda-beda, tiap tipe demografis membutuhkan penanganan beda-beda," ungkap Emil.
Geografis pertama adalah zona yang menempel Jakarta yaitu Bodebek, kedua ibu kota Jawa Barat dan sekitarnya dan sisanya 27 kabupaten/kota.
"Di Depok karena setiap hari 75 persen kasus Jawa Barat itu datangnya dari zona Bodebek. Kadang 70, kadang 73, kadang 75. Kedua, Depok lagi Pilkada. Saya ingin memastikan bisa penuh konsentrasi ngurusin yang 75 persen itu sambil memastikan pilkada lancar, tidak ada pelanggaran protokol, naudzubillah istilahnya jangan sampai ada klaster baru," jelas Emil.
Setiap minggu, satu-dua hari ia mengaku mengkonsolidasikan dukungan. "Contoh, di Depok kan tingkat hunian rumah sakit tinggi, kita koordinasi dengan pemerintah pusat, provinsi kasih 40 ruangan ICU tambahan. Hal-hal itu memang harus kita koordinasikan," tambah Emil.
Emil mengaku bahwa COVID-19 dapat dimenangkan hanya saat masyarakat bekerja sama dengan pemerintah. "Makanya saya ibaratnya gini, COVID-19 itu ibarat perang. Coba bayangkan kita lagi perang, kalau lagi perang, siapakah yang harus turun? Ya semua orang. Kalau dulu kita perang konvensional, tentara di depan, sekarang kan dokter, tenaga kesehatan. Kalau lagi perang, yang punya harta menyumbang harta. Sekarang juga sama. Ayo dukung menyumbang APD, menyumbang masker," ungkap Emil.
Tidak kalah penting adalah inovasi seperti inovasi vaksin, obat, hingga menjadi relawan. "Terakhir yang tidak bela negara dengan harta, ilmu, dan tenaga, bela negaranya jangan jadi korban gitu. Caranya jauhi kerumunan, plus 3M: pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, semua harus turun. sebagai pemimpin aura saya harus optimistis. Namanya jenderal kan harus tetap semangat memimpin," tegas Emil.