Selasa 13 Oct 2020 11:18 WIB

Menunggu Hasil Analisis TGPF Intan Jaya

TGPF Intan Jaya disebut sudah berhasil menemui saksi-saksi kunci.

Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya di Papua, Senin (12/10). TGPF akan menyusun laporan hasil temuan di lapangan dengan tenggat waktu 17 Oktober 2020.
Foto: Dok. Kemenko Polhukam
Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya di Papua, Senin (12/10). TGPF akan menyusun laporan hasil temuan di lapangan dengan tenggat waktu 17 Oktober 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ronggo Astungkoro, Antara

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, mengatakan, Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya telah mengantongi data primer yang didapatkan di Papua. Tim akan menganalisa dan menyusun laporan dari hasil temuan-temuan di lapangan itu dengan tenggat waktu hingga 17 Oktober 2020 mendatang.

Baca Juga

"Tim ini sudah melaporkan seluruhnya dan tinggal menyusun nanti laporan yang lebih sistematis dan diberi waktu sampai dengan tanggal 17 untuk membuat laporan dan mendiskusikan semua fakta-fakta yang ditemukan sehingga sampai pada kesimpulan yang meyakinkan," ujar Mahfud usai rapat di kantornya, Jakarta Pusat Selasa (13/10).

Dia mengungkapkan, tim investigasi lapangan TGPF Intan Jaya sudah menemui saksi-saksi kunci. Karena itu, Mahfud menyatakan, data yang dimiliki oleh TGPF bentukannya itu adala data-data primer. Data-data itu tim dapatkan dari para saksi kunci dan dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) yang dilaksanakan bersama keluarga korban.

"Di sini yang dimiliki oleh tim adalah data primer. Ada saksi-saksi kunci, kemudian keluarga korban, olah TKP bersama keluarga korban itu sudah dibuat semua," kata dia.

Mahfud juga menyampaikan, tim investigasi lapangan telah berhasil membuka blokade untuk menemui dan meminta keterangan keluarga korban, yang sebelumnya tidak bisa ditembus oleh pejabat setempat. Bahkan, keluarga Pendeta Yeremia Zanambani kini sudah bersedia dilakukan autopsi terhadap jenazah Yeremia dan menandatangani berita acara pemeriksaan (BAP).

"Sekarang tim ini sudah berhasil. Karena tim kami memang pendekatannya lebih kultural. Kita dibantu oleh Pendeta Henokh Bagau, pendeta setempat yang kemudian memberi pengertian-pengertian betapa pentingnya mengungkap fakta tentang peristiwa terbunuhnya Pak Yeremia itu," jelas Mahfud.

Proses autopsi terhadap jenazah Pendeta Yeremia Zanambani namun tidak dimasukkan ke laporan TGPF Intan Jaya. "Untuk autopsi itu nanti adalah untuk pro justicia. Jadi tidak harus menunggu tanggal 17 (Oktober). Yang penting sudah ada surat kesediaan dalam rangka proses hukum pengungkapan fakta hukumnya," kata Mahfud.

Ketua Tim Investigasi Lapangan TGPF Intan Jaya, Benny Mamoto, juga menyatakan proses autopsi tidak tergantung kepada tugas TGPF. Proses autopsi terhadap Yeremia akan menjadi bagian dalam rangkaian proses penyidikan di kepolisian setempat. Pihaknya hanya membukakan jalan agar proses penyidikan dapat berlanjut. Proses autopsi sendiri ia sebut akan memakan waktu sekitar dua pekan.

"Pengalaman kami ketika menangani kasus dulu visum bisa keluar dua minggu kemudian tergantung nanti bagaimana kondisi jenazah," jelas dia.

Menurut Benny, pihak keluarga Yeremia memberikan syarat jika memang proses autopsi hendak dilakukan. Keluarga Yeremia meminta agar proses autopsi itu disaksikan oleh perwakilan pemerintah daerah, perwakilan gereja, tokoh masyarakat, dan perwakilan dari TGPF Intan Jaya. Pihaknya sudah menyampaikan kesanggupan memenuhi syarat itu kepada keluarga Yeremia.

"Bagaimana dengan permintaan dari TGPF, ketika nanti TGPF selesai tugas, toh ada personel yang dulu masuk dalam tim bisa hadir untuk nanti mewakili. Jadi menurut saya tidak ada masalah untuk itu," ungkap Benny.

Kembali ke laporan TGPF, Benny mengatakan tim di lapangan sudah memeriksa kurang puluhan saksi. Dia menyebutkan beberapa saksi, yakni keluarga korban, saksi pascaperistiwa penembakan, tenaga medis yang menangani korban, dan aparat setempat.

"Di samping itu juga kami menggali informasi dari proses penyidikan yang sudah berjalan. Itu juga kita gali. Jadi rangkaian persitiwa itu sudah dibuatkan laporan polisi via Kasat Reskrim termasuk kasus kemarin (pengadangan terhadap tim)," ungkap Benny.

Kemarin di Timika, sebelum bertolak ke Jakarta, Benny mengatakan tim telah bekerja secara maksimal. “Kami sudah bekerja secara maksimal, meski dalam kondisi ancaman gangguan keamanan disana, kami bisa mengejar target dan relatif kami capai," ujar Benny Mamoto.

Benny menjelaskan, tim sudah melakukan olah TKP dan bertemu dengan para saksi, dan lain sebagainya. Secara total hingga saat ini sudah ada 25 orang saksi yang diwawancarai terkait kejadian tewasnya sejumlah warga sipil di Intan Jaya beberapa waktu lalu.

“Kami sudah lakukan olah TKP bertemu saksi di TKP, dsb, meski pulang dari TKP kami diadang tembakan. Kini kami siap kembali ke Jakarta untuk meneruskan sisa waktu tugas yang tinggal beberapa hari,” kata dia.

Ia menerangkan, setelah kejadian penembakan kepada TGPF dan menyebabkan salah satu anggota tim terluka, tim tetap meneruskan kerja di Sugata, Intan Jaya, Papua. Saksi-saksi yang ada dihadirkan di satu tempat untuk kemudian anggota TGPF mewawancarai dan mendata. Dalam prosesnya tim dibantu oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat lokal.

“Karena tim ini bukan pro justicia, kami bekerja dengan cara yang lebih luas ketimbang penyelidikan yang diatur di KUHAP yang setiap tahap pada prosedurnya. Untuk memperoleh informasi, kami mendatangi, kami dibantu tokoh agama dan tokoh lokal, jika ada kendala bahasa kami dibantu diterjemahkan,” kata Benny.

Benny menjelaskan, dengan bantuan yang diberikan tokoh setempat itu, keluarga korban mengizinkan untuk dilaksanakannya proses autopsi dan berkenan menandatangani berita acara pemeriksaan (BAP). Hal tersebut membuat proses penyelidikan penegak hukum yang selama ini terhambat karena penolakan keluarga korban menandatangani BAP akhirnya bisa berjalan.

Sementara itu, tim investigasi lapangan TGPF Intan Jaya di Jayapura di bawah Wakil Ketua TGPF Intan Jaya, Sugeng Purnomo, juga telah kembali ke Jakarta. Selama di Jayapura, tim berhasil mengumpulkan sejumlah informasi. Informasi didapatkan dari kalangan tokoh setempat.

Tokoh-tokoh itu, di antaranya mantan Bupati Paniai, Naftali Yogim. Sementara itu dari kalangan gereja ada Pendeta Petrus Bonyandone. Kemudian ada juga dari berapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan pegiat hak asasi manusia (HAM) di Jayapura, jajaran pemerintah provinsi, kejaksaan, TNI, dan kepolisian Papua.

Benny menyebutkan, investigasi di lapangan berjalan lancar karena TGPF Intan Jaya terdiri dari berbagai elemen. Tin itu terdiri dari perwakilan tokoh masyarakat, perwakilan akademisi, perwakilan gereja, serta perwakilan Polri, TNI dan BIN.

Terkait pengadangan dan penembakan kepada tim, Benny menyebutkan, sebagian besar anggota tim tidak dididik militer atau kepolisian. Mereka ia sebut sudah tentu mengalami shock. Tetapi tim tidak larut dalam kejadian itudan tidak gentar dengan cara-cara seperti itu.

"Kami tetap bekerja karena kami ada target, waktu kami pendek 14 hari. Tim kami solid dan punya komitmen tidak kenal menyerah,” jelas dia.

TGPF Intan Jaya terdiri dari 30 orang dari berbagai unsur untuk mencari kebenaran yang objektif selama dua pekan setelah tim dibentuk. TGPF hanya akan bekerja untuk kasus yang diperkirakan terjadi pada tanggal 16 dan 17 serta 19 September 2020 saja. Tim tidak bekerja secara pro justisia karena proses hukum tetap berjalan dan pelakunya segera dibawa ke pengadilan. Tim ini akan mencari hal lain di luar itu untuk kemudian menghasilkan rekomendasi dan langkah apa yang harus dilakukan pemerintah agar rakyat tenang.

"Tim terdiri dari unsur yang berbeda-beda. Tidak hanya dari birokrat, tapi juga tokoh Gereja, tokoh adat, tokoh kampus, tokoh masyarakat, dan juga BIN yang bisa memberi informasi. Ini semua agar mendapatkan hasil yang objektif," kata Mahfud MD.

Ketua DPR RI Puan Maharani mendorong pemerintah melakukan diplomasi damai dalam menyelesaikan konflik di Intan Jaya, Papua. Seluruh pihak harus mengedepankan alasan kemanusiaan dalam menyikapi berbagai konflik di seluruh Bumi Papua.

"Lakukan diplomasi damai dengan memprioritaskan kemanusiaan dalam menghadapi berbagai kasus di Papua," kata Puan dalam keterangannya.

Dia meminta pemerintah harus menaruh perhatian serius pada sejumlah kasus kekerasan yang terjadi di Kabupaten Intan Jaya, Papua. Khususnya jaminan perlindungan bagi masyarakat sipil.

Saat ini menurut Puan, perhatian pemerintah sudah diwujudkan dengan menyalurkan dana alokasi khusus (DAK) yang harus diimbangi dengan pengawasan agar penggunaannya betul-betul tepat sasaran dan tepat manfaat. Selain itu dia juga mengapresiasi langkah TGPF yang berkomitmen menyelesaikan investigasi kasus penembakan di Intan Jaya.

"DPR RI mengapresiasi komitmen Tim Gabungan Pencari Fakta untuk menyelesaikan investigasi meski menjadi sasaran tembak kelompok kriminal bersenjata di Intan Jaya, Papua," ujarnya.

Saat bekerja seorang anggota TGPF Intan Jaya, Bambang Purwoko, terkena tembakan di bagian kakinya. Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengaku bertanggung jawab atas serangan ke TGPF. TPNPB OPM menyatakan menolak tim bentukan pemerintah itu dan meminta tim lain yang mengivestigasi.

"TPNPB bertanggungjawab, itu keputusan kami, dan dengan tuntutan, kami menolak tim investigasi bentukan Menko Polhukam Mahfud MD dan kami minta tim independen yang harus investigasi, yaitu PBB, Komnas HAM, LSM HAM, dan gereja," ujar Juru Bicara TPNPB OPM, Sebby Sambom, saat dikonfirmasi, Jumat (9/10).

Di sisi lain, pihak TNI mengatakan, Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) kembali berbuat keji dengan melakukan serangan secara brutal. KKSB menembaki rombongan TGPF Intan Jaya yang hendak melakukan investigasi terkait kematian Pendeta Yeremia.

Penembakan kepada rombongan TGPF Intan Jaya terjadi di tanjakan Wabogopone, Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua setelah rombongan kendaraan TGPF Intan Jaya melakukan olah tempat kejadian perkara di Hitadifa, Intan Jaya, Papua.

“Penembakan terjadi pada tanggal 9 Oktober 2020 pukul 15.45 WIT saat rombongan TGPF dalam perjalanan pulang dan sampai di tanjakan Wagonopone, Kampung Mamba tiba-tiba ditembaki dari arah kanan dan kiri jalan,” ujar Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III, Kolonel Czi IGN Suriastawa.

Menurut Suriastawa, akibat penembakan tersebut, anggota TGPF Intan Jaya Bambang Purwoko yang merupakan dosen Universitas Gajah Mada terkena tembakan di kaki kiri. Seorang korban lagi adalah anggota TNI bernama Zainuddin juga dilaporkan terkena tembakan di pinggang.

Dia mengatakan, kejadian penembakan itu membuktikan kepada masyarakat, apa yang selama ini KKSB selalu lakukan. Kali ini mereka dengan sengaja menghalangi kinerja TGPF. Saat ini, TNI tengah melakukan pengejaran terhadap para pelaku yang kabur ke dalam hutan di sekitar lokasi penembakan. Bambang dan anggota TNI Zainuddin telah dibawa ke Jakarta untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement