REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana membangun industri baterai yang dimotori BUMN. Namun pemerintah membuka ruang keterlibatan investor asing dalam pengembangannya.
Rencananya, selain China dan Korea, Jepang juga menyatakan minat untuk bergabung dalam pembangunan industri baterai ini.
Direktur Utama Holding BUMN Pertambanan, MIND ID, Orias Petrus Moedak mengungkapkan, selain dua perusahaan asal Korea dan China yang mengisyaratkan niat, MIND ID juga terus membuka opsi untuk penjajakan dengan mitra lain. "Ada yang pendekatan tapi belum sejauh Korea dan China. Kita lihat ada potensi dengan Jepang," ungkap Orias dalam Konferensi Pers Virtual, Kamis (15/10).
Orias memastikan, tandat angan kerja sama telah dilakukan dengan kedua mitra. Kendati demikian ia belum mau merinci lebih jauh soal kesepakatan yang telah diteken. Meski begitu, MIND ID tetap terbuka untuk bekerja sama dengan mitra lain.
"Tanda tanan ini bukan kita yang minta, mereka yang datang dan kita lanjutkan. Kita posisinya sedikit lebih baik dalam hal ini karena sumber bahan baku ada di kita," ujar Orias.
Sebelumnya, Kementerian BUMN mengungkapkan ada dua perusahaan yang telah menyatakan minatnya terlibat dalam upaya hilirisasi nikel yakni Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) dari China dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan.
Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan, hal tersebut merupakan sebuah angin segar. Usaha Indonesia yang memiliki kekayaan tambang berlimpah untuk melakukan hilirisasi industri minerba langsung mendapat respon bagus dari investor asing.
"Ini juga bukti kebijakan Indonesia sudah tepat," ujar Erick dalam keterangan resmi, Rabu (14/10).
Dengan kehadiran investasi luar negeri untuk menunjang program nasional di industri ini, Erick yakin aspek keberlanjutan akan terus berkembang dan Indoensia semakin kuat dalam daya saing ketahanan energi nasional.