REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Turki akan melanjutkan pencarian sumber daya energi di wilayah Laut Hitam, di mana sejauh ini telah ditemukan 405 miliar meter kubik (bcm) gas alam, kata presiden negara itu pada Selasa.
Berbicara pada konferensi pers setelah rapat kabinet selama beberapa jam di kompleks kepresidenan di ibu kota Ankara, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengumumkan beberapa hal terkait isu terkini, termasuk wabah virus korona, serta pencarian energi dan kebijakan luar negeri negara itu.
Erdogan mengatakan penemuan energi baru akhir pekan ini di Laut Hitam yang meningkatkan kapasitas cadangan gas alam sebelumnya dari 320 menjadi 405 bcm pada akhirnya akan membuat Turki untuk memenuhi kebutuhan hidrokarbonnya sampai batas tertentu.
Dia menambahkan bahwa kapal bor Turki, Fatih, akan mulai beroperasi bulan depan.
Lebih banyak kabar baik mungkin menunggu Turki, tutur dia, karena kapal tersebut dijadwalkan akan memulai operasi di sumur baru Laut Hitam - Turkali 1 - bulan depan dengan data yang tersedia menunjukkan kemungkinan penemuan serupa di wilayah tersebut.
Erdogan melanjutkan bahwa gas alam yang akan diekstraksi akan secara signifikan berkontribusi pada perdamaian, kemakmuran dan keamanan Turki, karena negara tersebut akan mempunyai keuntungan secara finansial dari penemuan tersebut.
Pertumbuhan Turki mendorongnya terlibat dalam masalah eksternal karena sejarah dan alasan lainnya, dan rakyat Turki tidak pernah bisa meninggalkan sendirian orang yang tak bersalah yang sangat membutuhkan, kata Erdogan.
Dia menambahkan bahwa Turki tidak dapat membiarkan Irak menjadi tempat berlindung yang aman bagi teroris, atau warga Suriah menderita di tangan kelompok teror atau rezim, atau pemberontak yang ingin menghancurkan Libya.
Erdogan juga mengatakan Turki tidak akan mengizinkan pelanggaran atas haknya sendiri atau hak-hak Republik Turki Siprus Utara (TRNC) di wilayah Mediterania Timur.
Konflik Azerbaijan dan Armenia
Erdogan menekankan bahwa Ankara akan terus mendukung penuh Azerbaijan melawan Armenia, yang telah menduduki wilayah Azerbaijan selama beberapa dekade dan melancarkan serangan terhadap warga sipil yang melanggar hukum internasional.
Bentrokan baru di perbatasan meletus antara dua bekas republik Soviet 27 September, ketika Armenia pertama kali melancarkan serangan terhadap pemukiman sipil, dan sejak itu Armenia terus menyerang warga sipil dan pasukan Azerbaijan.
Selama 10 hari terakhir, Armenia melanggar gencatan senjata kemanusiaan di Karabakh, atau Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.
Dalam dua serangan di Ganja, sebuah kota besar di Azerbaijan yang jauh dari garis depan, rudal Armenia menewaskan puluhan warga sipil, termasuk anak-anak, dan melukai banyak lainnya.
Kamis lalu, Armenia menyerang warga sipil yang mengunjungi pemakaman di kota barat Tartar, menewaskan empat orang dan melukai empat lainnya.
Gencatan senjata kemanusiaan baru mulai berlaku pada Sabtu kemarin.
Pandemi virus korona
Mengomentari masalah wabah virus korona, Presiden Turki mengatakan otoritas akan memantau kepatuhan masyarakat terhadap peraturan untuk mengekang penyebaran penyakit yang sejauh ini telah merenggut 9.445 nyawa di Turki.
Erdogan mengatakan fase uji coba manusia dalam penelitian vaksin Turki kemungkinan akan dimulai dalam dua minggu, mencatat bahwa pemerintah berharap untuk menyelesaikan pekerjaan vaksinasi pada Spring.
Selain itu, siswa kelas lima dan sembilan di Turki akan mulai mengikuti kegiatan belajar mulai 2 November nanti, sementara kelas lainnya akan mengikuti pelajaran secara online.
Turki sejauh ini melaporkan lebih dari 351.000 kasus Covid-19, dengan hampir 307.000 di antaranya telah pulih dan 9.445 lainnya meninggal dunia.