REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Joe Biden dari Partai Demokrat akan menjadi Presiden Amerika ke-46 setelah unggul dari Donald Trump di pemilu AS. Dalam pidato resmi pertamanya, Ahad (8/11) pagi waktu Indonesia, Biden mengatakan ia memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang tidak mencari perpecahan namun akan menyatukan negara.
Biden ingin mempersatukan negara yang saat ini ada dalam cengkeraman pandemi dan masalah ekonomi serta kekacauan sosial.
"Saya menginginkan jabatan ini untuk mengembalikan jiw Amerika," kata Biden. "Dan untuk Amerika kembali jadi negara yang dihormati di dunia lagi sekaligus menyatukan kita semua di rumah ini."
Pidato Biden muncul setelah tiga hari masa penghitungan suara yang penuh ketidakpastian. Biden akhirnya melewati kuota 270 electoran college lewat kemenangan di Pennsylvania.
Trump, dikutip AP, masih menolak mengakui kemenangan Biden. Ia mengancam mengambil langkah hukum atas penghitungan suara.
Biden memenangkan popular vote dengan lebih dari 4 juta suara dibandingkan Trump. Margin kemenangan itu bisa terus tumbuh seiring penghitungan suara berlanjut.
Trump namun dipastikan tidak akan berhenti terkait hasil pemilu AS. Ia sudah mencicit kalau ia menenangkan pemilu. Cicitannya dengan huruf kapital sudah disebut Twitter sebagai penyesatan informasi.
"SAYA MENANG PEMILU, DENGAN 71.000.000 SUARA LEGAL," cicit Trump.