Jumat 13 Nov 2020 06:17 WIB

Manajemen Risiko Jadi Fokus Citibank untuk Hadapi Pandemi

Di kuartal ketiga, Citibank bukukan laba bersih Rp 1,9 T.

CEO Citibank Indonesia CEO Batara Sianturi saat memberikan penjelasan dalam sebuah webinar, Kamis (12/11).
Foto: Dok. Web
CEO Citibank Indonesia CEO Batara Sianturi saat memberikan penjelasan dalam sebuah webinar, Kamis (12/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Citibank Indonesia (Citibank) melaporkan Laba Bersih sebesar Rp 1,9 Triliun pada kuartal ketiga tahun 2020. Meskipun dalam ketidakpastian ekonomi, Citibank tetap mencatatkan kinerja yang positif dan berhasil mencatatkan Return on Equity dan Return on Assets sebesar masing-masing 15% dan 3,9%.

Selama periode tersebut, Citibank juga meningkatkan cadangan kerugian kredit sejalan dengan dampak pandemi yang sedang berlangsung. Meskipun demikian, Citibank tetap melaporkan Non Performing Loans (NPL) gross dan net yang stabil masing-masing sebesar 2,8% dan 0,3%.

Portofolio kredit di akhir kuartal ketiga meningkat 6% secara year-to-date menjadi Rp 47,4 triliun. Kontribusi utama pertumbuhan portfolio kredit berasal dari lini bisnis Institutional Banking, terutama pada sektor industri manufaktur, pertanian dan kehutanan serta perantara keuangan.

Pertumbuhan portofolio kredit ditunjang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga berkelanjutan yang tumbuh sebesar 10% memungkinkan Bank untuk mencatatkan rasio lending-to-funding (LDR) yang sehat sebesar 76,6%. Selain sangat likuid, Citibank juga memiliki tingkat kecukupan modal yang sangat baik dengan rasio KPMM sebesar 26,5%. 

“Di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, kami berkomitmen untuk terus menjaga tingkat likuiditas dan meningkatkan kecukupan modal. Neraca kami memiliki kapasitas untuk terus melayani kebutuhan nasabah kami. Dengan penekanan yang kuat pada manajemen risiko, kami akan terus melayani secara hati-hati di masa-masa penuh tantangan ini," kata CEO Citibank Indonesia CEO Batara Sianturi, Kamis (12/11).

Ia menambahkan, manajemen Citibank memperkirakan pemulihan perekonomian Indonesia akan terus berlanjut di beberapa kuartal mendatang. Dimulainya kembali reformasi melalui Omnibus Law, telah memberikan sinyal positif bagi para investor global. 

Sementara itu, pemulihan ekspor yang cukup pesat dan minat investor global terhadap investasi ke aset Indonesia mulai pulih, di saat impor relatif masih lemah. 

Kombinasi tersebut telah membantu meningkatkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan valuta asing di pasar valuta asing, yang berujung pada penguatan rupiah. 

"Di tengah inflasi yang masih rendah, bank memperkirakan bahwa stabilitas mata uang dapat membuka ruang untuk penurunan suku bunga yang lebih banyak, yang selanjutnya dapat mendukung pemulihan ekonomi," kata dia.

Dari lini Retail Banking, Citibank baru saja meluncurkan AIA Simply Love di tanggal 21 Oktober 2020, yang merupakan asuransi endowment bersama perusahaan asuransi jiwa AIA, yang memberikan akses terhadap perencanaan pensiun jangka panjang serta pendidikan. Asuransi ini melayani berbagai jangka waktu perencanaan dengan 4 pilihan periode pertanggungan asuransi yang berbeda, mulai dari 20 hingga 50 tahun.

"Dari Digital Banking, Citibank telah mengaplikasikan berbagai fitur untuk menciptakan customer journey yang mulus di aplikasi Citi Mobile," kata dia.

Kemudian di unit Treasury and Trade Solutions (TTS), Citibank melihat pertumbuhan yang pesat dalam hal jumlah klien di platform perbankan korporat berbasis web, CitiDirects. Pengguna platform ini mengalami peningkatan sebesar 12%, pertumbuhan pengguna seluler/tablet sebesar 53%, dan juga peningkatan penggunaan dokumen elektronik sebesar 66% secara year-on-year (dari Q3 2019 hingga Q3 2020).

"Citibank juga meluncurkan sejumlah inisiatif untuk para nasabah di tengah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung. Di antaranya, Citibank meluncurkan program keringanan kredit di bulan April 2020 untuk melengkapi program yang sudah ada sebelumnya, sesuai arahan OJK, guna membantu nasabah yang kesulitan memenuhi kewajibannya kepada bank akibat pandemi," ujarnya.

Pada periode April hingga September 2020, Citibank juga telah mengeluarkan Rp 359 Miliar dalam bentuk pinjaman untuk berbagai program keringanan untuk mengatasi kelanggengan dan tingkat pengurangan arus kas nasabah.

"Citibank juga menurunkan pembayaran minimum bulanan Kartu Kredit dari 10% menjadi 5%, suku bunga bulanan menjadi 2%, dan biaya keterlambatan pembayaran menjadi 1% atau maksimum Rp 100.000 sejak bulan Mei 2020, sesuai arahan dari Bank Indonesia," kata Batara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement