Jumat 13 Nov 2020 21:25 WIB

 Penjelasan Ahli Kebakaran Terkait ACP di Gedung Kejagung

Kebakaran Kejagung mirip tragedi kebakaran di Grenfell Tower di Inggris.

Rep: Ali Mansur / Red: Agus Yulianto
Ahli kebakaran dari Universitas Indonesia Yulianto
Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA
Ahli kebakaran dari Universitas Indonesia Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli kebakaran Universitas Indonesia (UI), Prof Yulianto menilai, alumunium composite panel (ACP) membuat kobaran api di Gedung Utama Kejaksaan Agung (Kejagung), cepat merambat. Hasil temuannya, ACP di tempat kebakaran ada tiga lapisan. 

Pihaknya pun melakukan pengujian terhadap sampel ACP yang didapat dari tempat kejadian perkara (TKP). "Kita menggunakan alat las yang temperaturnya menyerupai temperatur jilatan api yang ada di Gedung Kejaksaan Agung, ketika terbakar yaitu dengan cara menghentikan penyaluran oksigen jadi kita murni menggunakan bahan-bahan saja sehingga di sana terbentuk nyala difusi,” jelas Yulianto dalam konferensi persnya di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (13/11).

Kemudian dalam pengujian yang dilakukannya, timbul nyala api berwarna oranye kekuning-kuningan. Tidak membutuhkan waktu yang lama, kata Yulianto, api tersebut menyambar material ACP. 

Apabila dibandingkan dengan video kebakaran Kejagung terjadi perambatan dan banyak sekali material yang menetes dan juga gugur. "Inilah yang kemudian menyebabkan di bagian bawah ini pula terjadi temperatur yang relatif tinggi," ujar Yulianto.

Apabila, kata dia, ada objek di bagian bawah yang terkena tetesan tadi, maka objek tersebut dapat turut terbakar ketika temperaturnya mencapai temperatur pecah kaca maka panasnya akan masuk ke dalam ruangan.

Selain ACP yang mudah terbakar, kata Yulianto, sistem pemadam api yang ada di dalam Gedung Utama Kejagung tidak mampu memadamkan api. Sehingga fakta itu menambah laju api yang menjalar ke segala penjuru. 

Menurutnya, kebakaran ini mirip dengan yang terjadi pada tragedi kebakaran di Grenfell Tower di Inggris. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement