Selasa 17 Nov 2020 22:34 WIB

Praktisi: Edukasi Vaksin Harus Dilakukan Banyak Pihak

Tidak semua orang mau anak atau anggota keluarganya untuk diimunisasi.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Gita Amanda
Petugas kesehatan melakukan simulasi suntik vaksin COVID-19, (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Petugas kesehatan melakukan simulasi suntik vaksin COVID-19, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur RSUD Malang dan Ketua Tim Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur, Saiful Anwar, mengaku jika memang tidak semua orang mau anak atau anggota keluarganya untuk diimunisasi. Hal itu, ia sebut karena besarnya ketidaktahuan masyarakat mengenai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

“Karenanya, (peran) media untuk mengedukasi masyarakat sangat kuat,” katanya dalam diskusi daring yang diadakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (17/11).

Dirinya mencontohkan, di Jatim, ada beberapa kelompok masyarakat, selain dari kultur budaya arek di sekitar Surabaya yang kerap mendengarkan pakar dan klaim para ahli. Namun, di daerah lain, ia menyebut masih banyak yang mendengarkan tokoh agama, dan pendekatan kultural itu ia sebut menjadi yang marak didukung oleh media.

Dia menegaskan, peran edukasi tersebut juga tidak terbatas menyoal vaksin itu sendiri. Sebab, masyarakat juga harus mendapatkan penjelasan yang cukup mengenai KIPI yang bisa terjadi dan diatasi dengan mudah.

“Kita sudah siapkan tim, ahli-ahlinya, para dokter untuk antisipasi kalau ada KIPI. Itu kita sudah siapkan. KIPI sendiri bukanlah hal yang menakutkan, karena biasanya bersifat ringan. Namun, pencegahan untuk mengurangi risiko kejadian ikutan ini tetap harus dilakukan”, ujar Dr. Kohar.

Hal serupa juga disebutkan oleh Wahyoe Boediwardhana, Jurnalis yang sempat terlibat dalam Imunisasi MR di Jawa Timur tahun 2017 lalu. Menurutnya, dalam mengenalkan masyarakat menyoal vaksin ini, harus dibantu oleh berbagai pihak dengan kolaborasi.

“Dari situ kita kemudian bisa menyampaikan pentingnya imunisasi dan vaksin bagi anak-anak. Dari situ kemudian muncul pikiran bahwa ini merupakan hal yang penting dan wajib kita sampaikan kepada masyarakat,” ucapnya.

Sebagai informasi, Vaksin MR sendiri merupakan vaksin untuk infeksi virus Campak (Meases) dan Campak Jerman (Rubella). Campak tersebut bisa mengakibatkan meningitis dan fatal kepada anak-anak. Sedangkan Rubella mampu mengakibatkan kelainan bawaan terhadap bayi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement