REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan dan Presiden Israel Reuven Rivlin saling bertukar undangan untuk mengunjungi negara masing-masing. Keduanya menyampaikan keinginan mempererat kerja sama pascanormalisasi diplomatik.
"Dalam pesannya, Presiden Israel menyampaikan penghargaan atas upaya yang dilakukan untuk menandatangani perjanjian perdamaian bersejarah, membuka jalan bagi era baru dalam hubungan antara kedua negara. Presiden Rivlin menyampaikan undangan kepada Yang Mulia Sheikh Mohamed bin Zayed untuk berkunjung Israel," kata Emirates News Agency (WAM) dalam laporannya pada Selasa (17/11).
Sheikh Mohamed turut mengucapkan terima kasih kepada Rivlin atas sikap positif dan konstruktifnya. "Dia (Sheikh Mohamed) juga menyampaikan apresiasi UEA atas kerja sama yang mengarah pada perjanjian perdamaian bersejarah, yang siap untuk berkontribusi pada stabilitas regional. Dia juga menyampaikan undangan kepada Presiden Israel untuk mengunjungi UEA," tulis WAM dalam laporannya.
Sebelumnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan berencana melakukan kunjungan ke UEA pada Desember mendatang. Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth dalam laporannya pada Senin (16/11) menyebutkan rencana kunjungan Netanyahu muncul karena adanya undangan resmi dari Sheikh Mohamed.
Bulan lalu, situs The Hebrew Walla, mengutip keterangan sejumlah pejabat Israel, mengatakan Netanyahu mencegah menteri di kabinetnya mendahuluinya melakukan perjalanan ke UEA. Menurut situs tersebut, beberapa menteri Israel telah menghubungi kantor Netanyahu dan menyampaikan minat mereka berkunjung ke UEA untuk mengadakan pertemuan dengan rekan-rekannya di negara Teluk tersebut.
Di antara menteri yang ingin melakukan perjalanan ke UEA adalah Menteri Transportasi Miri Regev. Namun Netanyahu menolak permintaan para menterinya. Alasannya karena dia ingin menjadi pejabat dan politisi Israel pertama yang menginjakan kaki di UEA setelah perjanjian normalisasi diplomatik.