REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim strategi penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi dengan prinsip 'rem dan gas' mulai memperlihatkan hasil. Strategi 'rem dan gas' yang mengatur keseimbangan antara penanganan sektor kesehatan dan ekonomi ini kerap disampaikan Jokowi dalam setiap rapat kabinet atau pertemuan dengan kepala daerah.
Hasil yang dimaksud presiden tercermin pada dua aspek, yakni kesehatan dan ekonomi. Terkait penanganan Covid-19 dari sisi kesehatan, perbaikan terlihat dari penurunan angka kasus aktif di Tanah Air sebesar 12,78 persen. Angka ini lebih rendah dari rata-rata kasus aktif dunia yaitu sebesar 28,41 persen.
"Ini sudah baik. Kemudian rata-rata kesembuhan trennya juga membaik. Sekarang sudah mencapai 84,03 persen. Ini juga lebih baik dari angka kesembuhan dunia yang mencapi 69,20 persen. Ini agar terus kita perbaiki terus," kata Jokowi dalam pembukaan rapat terbatas, Senin (23/11).
Kemudian dari aspek ekonomi, perbaikan terlihat dari angka kontraksi yang semakin dangkal. Jokowi menyampaikan, pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tercatat minus 3,49 persen. Kendati masih terkontraksi, angka tersebut sudah lebih baik ketimbang pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal kedua sebesar minus 5,32 persen.
"Ini juga harus terus kita perbaiki agar di kuartal keempat menjadi lebih baik dari kuartal ketiga," kata Jokowi.
Namun, masih ada catatan untuk pernyataan Jokowi tentang perbaikan kasus aktif Covid-19 di Indonesia. Satgas Penanganan Covid-19 mengakui bahwa kapasitas pemeriksaan atau testing spesimen di Indonesia masih di bawah standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO mematok standar pemeriksaan ideal yakni 1 tes per 1.000 populasi per pekan. Artinya, dengan jumlah penduduk 267 juta jiwa, maka angka tes ideal Indonesia adalah 267.000 pemeriksaan per pekan.
"Saat ini pemerintah masih mengejar ketertinggalan capaian angka testing yang ditetapkan WHO. Sejak awal Juni sampai pekan ketiga Oktober terlihat ada tren peningkatan testing yang baik tetapi kembali melemah pada dua pekan setelahnya, dan kembali melesat," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, pekan lalu.
Per pekan kedua November 2020, kapasitas pemeriksaan spesimen Covid-19 di Indonesia mencapai sekitar 230 ribu spesimen per pekan atau 86,25 persen dari angka ideal. Wiku menyampaikan, pemerintah daerah perlu terus mengevaluasi kapasitas pemeriksaan spesimen di daerah. Mengingat, ujarnya, ada kecenderungan penurunan kapasitas testing setiap hari libur.
"Ini harusnya kita hindari karena kita sudah cukup lama menghadapi keadaan covid. Kami menyayangkan hal ini terjadi mengingat virus ini tidak mengenal hari libur. Maka kita tidak lepas tangan dalam kondisi ini," kata Wiku.