Senin 23 Nov 2020 15:02 WIB

Ajak Milenial Jadi Petani, Kementan: Banyak Duitnya

Dari total jumlah petani sebanyak 33 juta jiwa, mayoritas sudah berusia tua.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Petani mengumpulkan tomat yang baru di panen di Desa Porame, kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (19/11). Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengajak kaum milenial untuk terjun ke sektor bisnis pertanian. Pemerintah meyakinkan, sektor pertanian akan menjadi ladang usaha yang menjanjikan dan memberi keuntungan besar jika dikelola dengan baik.
Foto: ANTARA/Basri Marzuki
Petani mengumpulkan tomat yang baru di panen di Desa Porame, kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (19/11). Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengajak kaum milenial untuk terjun ke sektor bisnis pertanian. Pemerintah meyakinkan, sektor pertanian akan menjadi ladang usaha yang menjanjikan dan memberi keuntungan besar jika dikelola dengan baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengajak kaum milenial untuk terjun ke sektor bisnis pertanian. Pemerintah meyakinkan, sektor pertanian akan menjadi ladang usaha yang menjanjikan dan memberi keuntungan besar jika dikelola dengan baik.

"Petani milenial meskipun belum banyak, tapi kontribusinya luar biasa. Makanya kita mengajak milenial untuk turun, pertanian untuk duit, banyak duitnya kalau dikelola secara benar," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementan, Dedi Nursyamsi dalam Talk Show Virtual yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Senin (23/11).

Baca Juga

Dedi menjelaskan, dari total jumlah petani sebanyak 33 juta jiwa, mayoritas sudah berusia tua. Hanya sekitar 30 persen yang masih berusia 40 tahun ke bawah. Ia mengatakan, jika regenerasi tidak dimulai sejak saat ini, dalam waktu 10 tahun ke depan, para petani yang ada saat ini bakal mengalami penurunan produktivitas.

Alhasil, sektor pertanian nasional sebagai penghasil pangan domestik akan menjadi tidak produktif. Hal itu mengancam stabilitas pasokan pangan dalam negeri dan berpotensi pelebaran importasi pangan.

Dedi mengatakan, pertanian dinilai menjanjikan karena telah terbukti menjadi satu-satunya lapangan usaha yang tetap tumbuh tinggi dikala pandemi Covid-19.

Sektor pertanian masih mencatatkan laju pertumbuhan positif pada kuartal III 2020. Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertanian tumbuh 2,15 persen secara year on year (yoy), namun terjadi penurunan tipis dari kuartal sebelumnya yang mencapai sebesar 2,19 persen.

Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III 2020 tercatat mengalami kontraksi hingga minus 3,49 persen. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tersebut didominasi oleh kontribusi lima sektor, yakni pertanian, industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan.

Namun, dari kelima sektor itu, hanya pertanian yang masih tumbuh positif. Sementara, industri pengolahan tercatat minus 4,31 persen, perdagangan minus 503 persen, konstruksi minus 4,52 persen, serta pertambangan minus 4,28 persen.

Menurut Dedi, data tersebut menunjukkan bahwa pertanian memiliki daya tahan terhadap ancaman krisis ekonomi saat ini. Karena itu, prospek usaha sangat menjanjikan bagi para kaum muda.

"Pertanian itu emas 100 karat, jangan silau dengan emas 24 karat, itu perlu waktu ribuan tahun, tapi di pertanian, hanya sebulan panen langsung menghasilkan duit," ujarnya.

Dedi mengatakan, semua unsur yang dibutuhkan dalam pertanian sudah ada di Indonesia. Dimulai dari kebutuhan sinar matahari, air, tanah, serta kesesuaian suhu. Semua yang sudah tersedia memiliki potensi yang sangat besar jika semua pihak ikut terlibat dalam pembangunan pertanian, termasuk milenial.

Hanya saja, Dedi menegaskan, peran milenial dalam pembangunan pertanian saat ini seyogyanya harus jauh lebih maju. Di mana, penggunana teknologi informatika, termasuk internet of thing harus menjadi standar dalam teknik budidaya pertanian. Sebab, hal itu terbukti meningkatkan efisiensi biaya produksi dan menjadi daya tarik bagi generasi muda saat ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement