Kamis 26 Nov 2020 06:57 WIB

Diamnya Makmum Termasuk Kesempurnaan Sholat

Rasulullah menjadikan penyimakan bacaan imam sudah mencukupi bagi makmum.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Diamnya Makmum Termasuk Kesempurnaan Sholat.
Foto: EPA/NOUSHAD THEKKAYIL
Diamnya Makmum Termasuk Kesempurnaan Sholat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah menjadikan diamnya makmum untuk mendengar bacaan imam termasuk kesempurnaan bermakmum. Dikutip dari buku Sifat Shalat Nabi karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, beliau bersabda, "Sesungguhnya imam diangkat untuk diikuti. Apabila ia bertakbir, maka bertakbirlah kalian. Dan jika ia membaca, maka diamlah kalian," (HR Ibnu Abi Syaibah, Abu Dawud, Muslim, Abu Awanah dan ar-Ruyaini).

Sebagaimana Rasulullah menjadikan penyimakan bacaan imam sudah mencukupi bagi makmum, sehingga ia tidak perlu lagi membacanya di belakang imam. Beliau bersabda: "Barangsiapa yang sholat mengikuti imam, maka bacaan imam menjadi bacaannya juga," (HR Ibnu Abi Syaibah, ad-Daraquthni, Ibnu Majah, at-Thahawi, dan Ahmad).

Baca Juga

Yaitu dalam shalat jahriyah atau yang mengeraskan bacaan. Pada awalnya Rasulullah memperbolehkan makmum membaca al-Fatihah di belakang imam pada sholat-sholat jahriyah. Hingga suatu ketika "Pada sholat subuh, Rasulullah membaca ayat dan merasa terganggu bacaannya. Setelah selesai sholat beliau bertanya: "Barangkali tadi di antara kalian ada yang turut membaca di belakang imam kalian?"

Kami menjawab: "Ya, tetapi dengan cepat, wahai Rasulullah!" Beliau bersabda: "Janganlah kalian melakukannya! Kecuali (jika kalian membaca) al-Fatihah, karena tidak ada sholat bagi yang tidak membaca al-Fatihah," (HR Bukhari, Abu Dawud, dan Ahmad).

Setelah itu Rasulullah melarang mereka membaca Alquran dalam sholat jahriyah. Peristiwa ini terjadi ketika Rasulullah selesai melakukan sholatyang dikerjakan dengan mengeraskan suara (dalam sebuah riwayat disebutkan sholat itu adalah shalat Shubuh).

Beliau bersabda: Adakah seseorang dari kalian yang ikut membaca bersamaan denganku tadi?" Salah seorang laki-laki menjawab, "Benar, saya wahai Rasulullah!" Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku berkata, mengapa bacaanku diiringi?!" (Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata): "Kemudian orang-orang tidak lagi membaca Alquran bersama Rasulullah, bila Rasulullah membaca dengan suara keras ketika mereka mendengar hal itu dari beliau. (Tetapi mereka membaca dengan lirih ketika imam tidak mengeraskan bacaannya)" (HR Malik, al-Humaidi, Al-bukhari, Abu Dawud, Ahmad dan al-Muhamili).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement