REPUBLIKA.CO.ID, oleh Muhammad Fauzi Ridwan, Silvy Dian Setiawan, Rr Laeny Sulistyawati, Antara
Kota Bandung merasakan imbas libur panjang akhir Oktober lalu. Kasus positif virus corona atau Covid-19 di Kota Bandung terus mengalami peningkatan yang signifikan sejak November awal lalu. Peningkatan kasus harian Covid-19 terjadi karena mobilitas masyarakat di luar rumah yang masih tinggi.
Berdasarkan data pusat informasi Covid-19, kasus kumulatif Covid-19 hingga Rabu (25/11) mencapai 3.185 kasus, 623 kasus aktif, 2.451 kasus sembuh dan 111 kasus meninggal dunia. Kasus harian positif aktif Covid-19 dua hari terakhir yaitu 90 dan 146 kasus.
Koordinator Bidang Perencanaan, Data, Kajian dan Analisa Gugus Tugas Covid-19 Kota Bandung, Ahyani Raksanagara, mengatakan, peningkatan kasus harian di Bandung karena pelacakan dan tes yang terus dilakukan. Selain itu, menurutnya terjadi pergerakan manusia antar daerah yang tidak terdapat pembatasan turut menyumbang kenaikan kasus.
"Temuan banyak dari kontak erat. Asumsinya masyarakat tidak disiplin di setiap aktivitas, reproduksi memang rendah namun yang positif di masyarakat tinggi karena memang kontak antar manusia tinggi," ujar saat dihubungi, Kamis (26/11).
Ia mengimbau masyarakat yang memiliki anggota keluarga yang rentan untuk lebih waspada dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, menurutnya usahakan mengurangi pertemuan antar orang, membatasi pergerakan dan menjaga kesehatan.
"Prinsip kurangi pertemuan manusia-manusia dan disiplin protokol kesehatan," ungkapnya. Menurutnya, masyarakat harus tetap membatasi pergerakan, tidak berkerumun dan bergerombol serta terus melakukan pengawasan.
"Kegiatan potensi penyebaran diawasi, dari lingkungan terkecil tidak ada yang berkeliaran tanpa protokol kesehatan," katanya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Rita Verita membenarkan bahwa kasus harian positif aktif Covid-19 di Kota Bandung mengalami penambahan. Menurutnya, kondisi tersebut berlangsung sejak November awal.
"Betul penambahan per hari cukup banyak, sejak bulan November," katanya. Menurutnya, penambahan kasus harian terjadi dari dampak libur panjang bulan Oktober lalu dan telah terjadi penularan dari antar anggota keluarga.
"Yang dilihat dampak dari libur panjang bulan yang lalu berdampak 14 hari kemudian banyak juga penularan dari antar anggota keluarga. Disiplin 3M dan 1T terlihat di lapangan kurang dipatuhi," katanya.
Kenaikan kasus positif Covid-19 di Kota Bandung mengakibatkan keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di rumah sakit otomatis naik. Kota Bandung bahkan telah melebihi kapasitas maksimum, karena angka keterisian tempat tidur pasien Covid-19 sudah melebihi 90 persen.
Selain itu, positivity rate atau transmisi kecepatan penyebaran Covid-19 mengalami kenaikan signifikan mencapai 21,53 persen."Positivity rate dihadapkan tempat tidur di angka 90,37 persen, dari 789 tempat tidur terisi 730 unit sisanya waiting list, jadi ini masuk ke situasi yang cukup darurat," ujar Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna, Rabu (25/11).
Ia melanjutkan ruang isolasi bagi pasien orang tanpa gejala (OTG) pada dua hotel yang telah disiapkan pemerintah pun sudah penuh. Menurutnya, kasus positif Covid-19 aktif harian kini berjumlah puluhan.
"Kami merasa khawatir dulu angka (positif) 132 sekarang 484, karena lompatan kasus harian puluhan 50, 60 makanya terjadi percepatan makanya positivity rate tinggi," ungkapnya.
Ia mengingatkan para pelaku usaha di sektor usaha yang direlaksasi untuk tetap mematuhi protokol kesehatan seperti kapasitas pengunjung yang hanya boleh 50 persen. Selain itu serta jam operasional yang sudah ditentukan.
"Jangan cari alasan lain, kondisi pandemi meningkat, rekomendasi (kasus meningkat) revisi perwal, dibatasi operasional dan yang melanggar dicabut izin operasional," ungkapnya. Ema mengimbau agar masyarakat yang keluar rumah dan beraktivitas di lingkungan sekitar tetap memakai masker.
"Saya khawatir secara psikologi bisa chaos kepanikan karena yang terpapar tidak bisa masuk ke rumah sakit karena penuh makanya saya minta disiplin," katanya.
Menurutnya, status zona Kota Bandung masih oranye namun angka level kewaspadaan berada pada 1,83 hendak menyentuh 1,80. "Zona masih oranye tapi di bibir jurang kita angka 1,83," katanya.
Ia mengusulkan agar ruang publik seperti alun-alun ditutup agar tidak melahirkan potensi kerumunan. Sambil terus mengingatkan agar masyarakat sadar menjalankan protokol kesehatan.
Bukan cuma Kota Bandung yang merasakan kenaikan kasus Covid-19. Di Yogyakarta, kenaikan kasus baru terus menunjukkan jumlah yang signifikan. Kemarin, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY melaporkan adanya 150 kasus baru.
Tambahan kasus baru ini menjadikan total kasus positif di DIY menjadi 5.453 kasus. Sebagian besar kasus baru ini dilaporkan di Kabupaten Sleman yaitu sebanyak 121 kasus baru.
"13 kasus baru ada di Kota Yogyakarta, delapan kasus baru di Kabupaten Bantul, lima kasus baru di Kabupaten Kulon Progo, dan tiga kasus baru lainnya dilaporkan di Kabupaten Gunungkidul," kata Juru Bicara Penanganan Covid-19 untuk DIY, Berty Murtiningsih, Rabu (25/11).
Berdasarkan riwayat kasus, Berty mengatakan, ada 77 kasus baru yang didapatkan dari hasil skrining terhadap institusi pendidikan di Sleman. Sementara, 13 kasus baru didapatkan dari hasil pelacakan (tracing) kontak terhadap kasus yang sudah ada sebelumnya. "55 kasus baru lainnya belum ada info," ujar Berty.
Terkait ketersediaan tempat tidur isolasi di seluruh rumah sakit rujukan penanganan Covid-19, tersisa sembilan tempat tidur untuk kasus kritis dan 48 tempat tidur untuk kasus non-kritis. Total tempat tidur yang disediakan yaitu 49 untuk kasus kritis dan 404 bed untuk kasus non-kritis.
"Sehingga, tempat tidur yang saat ini terpakai untuk penanganan Covid-19 ada 49 untuk kritis dan 356 untuk non-kritis," katanya.
Jelang libur akhir tahun, Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan mengawasi ketat penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Satuan Polisi Pamong Praja setiap hari akan mengerahkan 459 petugas untuk mengawasi penerapan protokol kesehatan selama libur panjang Natal dan Tahun Baru.
"Mulai dari H-1 Natal sampai di malam Tahun Baru setiap harinya kami terjunkan 459 personel," kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DIY, Noviar Rahmad.
Menurut Noviar, pada malam Natal anggota Satuan Polisi Pamong Praja,TNI, dan Polri akan ditempatkan di sejumlah gereja untuk menjaga keamanan sekaligus mengawasi penerapan protokol kesehatan dan pagi harinya mereka akan beralih ke tempat-tempat wisata. "Pagi hari saat libur Natal sampai tahun baru petugas akan beralih ke tempat-tempat wisata seperti Malioboro dan Titik Nol Km," kata dia.
Ia mengatakan bahwa pemerintah tidak melarang perayaan malam tahun baru, hanya mewajibkan penyelenggara acara mengajukan permohonan izin dan menerapkan protokol kesehatan. Noviar mengatakan selama ini pengawasan penerapan protokol kesehatan juga dilakukan di 64 daerah tujuan wisata pada masa libur akhir pekan Sabtu dan Ahad.
Satuan Polisi Pamong Praja melayangkan teguran tertulis maupun lisan kepada pengelola tempat usaha seperti kafe serta hotel yang diketahui melanggar protokol kesehatan. "Yang sudah mendapat SP (surat peringatan) 1 ada 54 tempat usaha, yang sudah SP 2 ada 14, teguran tertulis 12, dan teguran lisan 26. Kalau tetap kami temukan pelanggaran maka bisa kami lakukan penutupan sementara," kata dia.
Akademisi memperkirakan Indonesia bisa mengalami kerugian ekonomi hingga Rp 1.000 triliun jika upaya pencegahan protokol kesehatan 3M dan 3T tidak diterapkan dengan baik. "Perhitungan ekonomi kalau pemerintah Indonesia tidak melakukan upaya pencegahan dengan 3M dan tes, telusuri, dan tindaklanjut (3T) maka kerugiannya bisa sampai Rp 1.000 triliun. Diperkirakan tahun depan itu defisit Rp 1.000 triliun, itu angka yang besar sekali," kata Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany saat mengisi konferensi virtual FMB9 bertema Memaksimalkan Pengelolaan Kesehatan Lewat Vaksinasi, Kamis (26/11).
Ia menjelaskan, biaya perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit yang ditanggung negara sangat besar hingga ratusan juta rupiah, bahkan ada yang mencapai rekor Rp 600 juta per orang. Sementara bagi masyarakat yang terinfeksi penyakit ini baik mengalami gejala ringan, sedang, berat, dan kritis praktis membuat tidak bisa melakukan aktivitas ekonomi seperti bekerja, berdagang, hingga bertani.
Bahkan, ia menyebutkan pasien Covid-19 yang meninggal dunia pada usia produktif, misalnya saat usia 40 tahun. Padahal seharusnya ia masih bisa bekerja sampai pensiun 65 tahun. Kondisi tersebut tentu menyebabkan dampak ekonomi ke keluarga.
"Maka berapa miliar uang yang hilang karena dia meninggal," katanya. Kemudian, dia melanjutkan, keluarga yang ditinggalkan pasien Covid-19 termasuk anaknya yang masih sekolah menengah pertama masih membutuhkan biaya untuk melanjutkan pendidikannya.
Ia mengatakan kalau masyarakat dan pemerintah disiplin dan sinergis melakukan upaya 3M dan 3T maka Indonesia bisa menghemat anggaran kemungkinan mencapai Rp 500 triliun. Dengan penghematan dana ini, ia menyebutkan pembangunan ekonomi di Indonesia bisa lebih besar.
"Kita juga bisa mendorong usaha kecil menengah (UKM) supaya bekerja lebih baik, Indonesia juga bisa memberikan subsidi uang itu untuk pupuk petani," ujarnya.