REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan potensi bahaya kegiatan kerumunan di masa pandemi Covid-19 terhadap tingkat penularan di masyarakat. Berdasarkan data nasional, terdapat berbagai kegiatan kerumunan yang berdampak pada timbulnya klaster penularan Covid-19 di berbagai daerah, berikut daftarnya.
1. Klaster Sidang GPIB Sinode
Klaster ini menyebabkan munculnya 24 kasus di lima provinsi. Klaster ini berawal dari kegiatan agama yang dilakukan di Bogor, Jawa Barat dengan jumlah peserta sekitar 685 orang. Akibatnya terjadi penularan hingga ke berbagai daerah lain yaitu Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan NTB.
2. Klaster Kegiatan Bisnis Tanpa Ribu
Klaster ini menyebabkan terjadinya 24 kasus di tujuh provinsi dan menimbulkan korban jiwa sebanyak tiga orang sehingga tingkat kasus kematiannya mencapai 12,5 persen.
“Sama seperti klaster GPIB Sinode, klaster ini berawal dari kegiatan yang dilakukan di Bogor dengan melibatkan 200 peserta dan kasusnya berkembang dan menyebar ke berbagai provinsi lainnya yaitu Lampung, Kepulauan Riau, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Papua,” ujar Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (26/11).
3. Klaster Gereja Bethel Lembang di Jawa Barat
Kegiatan ini melibatkan sekitar 200 peserta dan menyebabkan terjadinya 226 kasus dengan rata-rata infeksi mencapai 35 persen.
4. Klaster Ijtima Ulama di Gowa
Wiku menyebut, kegiatan yang diselenggarakan di Gowa, Sulawesi Selatan ini melibatkan 8.761 peserta dan menyebabkan terjadinya 1.248 kasus di 20 provinsi.
5. Klaster Pondok Pesantren Temboro di Jawa Timur
Kegiatan ini menimbulkan adanya 193 kasus di enam provinsi dan lebih dari 14 kabupaten kota serta di 1 negara lain.
“Jadi tidak heran bahwa klaster tersebut terjadi karena adanya kerumunan di masyarakat dan masyarakat akan sulit untuk menjaga jarak,” kata Wiku.
Ia menyampaikan, fenomena ini sebelumnya juga terjadi saat kapal pesiar Diamond Princess yang mengangkut 2.000 hingga 4.000 penumpang harus dikarantina di Jepang pada Februari silam. Dengan kondisi yang penuh dan sulit untuk menjaga jarak, maka 17 persen dari 3.700 penumpang dan kru terinfeksi Covid.
Karena itu, Wiku pun meminta masyarakat agar mau bekerja sama dan sadar untuk tidak melakukan kegiatan berkerumun di masa pandemi ini. “Jadi ini adalah penting untuk menjadi perhatian publik bahwa kondisi kerumunan itu harus dihindari,” tegas dia.