REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menyebut masih banyak perempuan dan anak yang mengalami kekerasan. Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Kota Yogyakarta mencatat seratus lebih kekerasan terhadap perempuan dan anak.
"Data kekerasaan perempuan dan anak yang dilaporkan dan ditangani oleh UPT P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Kota Yogyakarta selama bulan Januari sampai Oktober 2020 sebanyak 113 orang," kata Kepala DPMPPA Kota Yogyakarta, Edy Muhammad di Kompleks Balai Kota Yogyakarta.
Edy menyebut, masih banyaknya kekerasan ini menjadi perhatian yang besar. Berbagai upaya pun dilakukan, salah satunya dengan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak di beberapa titik di Kota Yogyakarta.
Kampanye ini dilakukan pada 26 November hingga 16 Desember yang juga digelar dalam rangka peringatan hari anti kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kampanye ini juga sebagai upaya pencegahan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Yogyakarta.
Pihaknya menggandeng 90 Satuan Tugas Siap gerak Atasi Kekerasan (Satgas Sigrak) di Kota Yogyakarta. Edy menuturkan, Satgas ini bertugas untuk membangun kesadaran warga Kota Yogyakarta agar mempunyai kepedulian atas hak-hak perempuan dan anak.
"90 Satgas Sigrak terdiri dari Satgas Sigrak kecamatan dan kelurahan," ujarnya.
Dalam kampanye tersebut juga diberikan informasi terkait fasilitas layanan pengaduan UPT P2TP2A. Layanan ini diantaranya adanya hotline service dan SIKAP dengan aplikasi Jogja Smart Service (JSS). "Selain kampanye juga diselenggarakan roadshow sosialisasi Satgas Sigrak di 14 kecamatan," jelasnya.