Senin 30 Nov 2020 17:22 WIB

Satgas: Masih Ada Gap Pencatatan Data Daerah-Pusat

Selain gap pencatatan, penularan di daerah masih jadi faktor kasus Covid-19 tinggi.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ratna Puspita
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito
Foto: Republika/Thoudy Badai
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satgas Penanganan Covid-19 mengungkapkan masih ada jeda waktu antara pencatatan data oleh satgas daerah dan satgas pusat. Hal ini ditengarai menjadi salah satu penyebab terjadi penumpukan laporan kasus Covid-19 dalam satu waktu sehingga angkanya melonjak cukup tinggi. 

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, gap pelaporan data tersebut menjadi salah satu alasan di balik lonjakan kasus harian pada pekan lalu. Namun, hal itu bukan menjadi alasan utama. 

Baca Juga

Faktor penularan yang tinggi di daerah masih menjadi faktor penentu tingginya kasus Covid-19 di Indonesia. "Itu (lonjakan kasus) merupakan kombinasi antara penularan yang tinggi di sana dan masih adanya gap pencatatan data daerah-pusat," kata Wiku saat dikonfirmasi, Senin (30/11).

Seperti diketahui, tren penambahan kasus Covid-19 di Indonesia masih menanjak. Dalam dua pekan terakhir saja, terhitung sejak Senin (16/11), hanya dua kali kasus harian dilaporkan di bawah 4.000 orang. 

Bahkan dalam satu pekan lalu, rekor kasus baru tercatat hingga 3 kali, yakni Rabu (25/11) dengan 5.534 kasus, Jumat (27/11) dengan 5.828 kasus, dan Ahad (29/11) dengan 6.267 kasus. 

Bila dilihat secara bulan ke bulan, penambahan kasus Covid-19 di Indonesia memang sejalan dengan peningkatan kapasitas pemeriksaan. Sepanjang November ini misalnya, ditemukan 128.795 kasus baru, naik dibanding 123.000 pada Oktober lalu. 

Angka ini sejalan dengan peningkatan kapasitas tes, dari 887.749 orang yang diperiksa pada Oktober lalu menjadi 946.277 orang yang diperiksa pada November ini. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement