REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk berhasil mendapatkan penghargaan di bidang perpajakan dalam ajang Tempo Country Contributor Award 2020. Adaro menyabet penghargaan The Most Tax Friendly Corporate dan The Most Apreciation Country Contributor Award 2020. Adaro juga mendapatkan predikat Best of the Best karena berhasil mempertahankan penghargaan itu selama tiga tahun berturut-turut.
Chief Financial Officer Adaro Energy Lie Luckman mengatakan, penghargaan tersebut merupakan bentuk kontribusi nyata perseroan kepada Indonesia. "Sebagai perusahaan pertambangan dan energi nasional, kami berkomitmen untuk selalu menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dan menjadi wajib pajak yang kooperatif dan patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang ditetapkan pemerintah," ungkap Lie dalam acara yang digelar secara virtual, Selasa (8/12).
Lie mengatakan, di tengah pandemi Covid-19, Adaro tetap berkomitmen untuk berkontribusi bagi pembangunan dan kemajuan ekonomi Indonesia melalui pembayaran pajak dan royalti. Dia menyampaikan, pada 2019, Adaro telah memberikan kontribusi kepada negara senilai total 607 juta dolar AS. Kontribusi itu terdiri atas 383 juta dolar AS dalam bentuk pembayaran royalti dan 224 juta dolar AS dalam bentuk pembayaran pajak.
"Semoga, ini menjadi penyemangat bagi seluruh pihak untuk melanjutkan reformasi di bidang perpajakan di Indonesia. Mari kita tingkatkan kepatuhan pajak demi kebangkitan dan kemajuan bangsa," ujar Lie.
PT Adaro Energy Tbk pada sembilan bulan pertama tahun ini membukukan laba sebesar 326 juta dolar AS. Pencapaian tersebut menurun 36 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir menjelaskan, meski dalam kondisi yang sulit, perusahaan berusaha tetap membukukan laba dengan strategi efisiensi di segala lini. Penurunan laba ini juga diiringi penurunan permintaan karena adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
“Meskipun dibayangi tantangan ekonomi makro, kami masih dapat mempertahankan operasi yang solid. Kondisi pasar batu bara yang sulit akibat ekonomi global yang masih belum kondusif karena pandemi yang berkepanjangan terus menekan profitabilitas perusahaan. Meskipun ketidakpastian masih ada, model bisnis kami yang terintegrasi memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan efisien dalam menghadapi tantangan ini," ujar Garibaldi, beberapa waktu lalu.
Hingga kuartal III 2020, perusahaan membukukan pendapatan sebesar 1,9 miliar dolar AS. Jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu pendapatan Adaro tergerus 26 persen.
Tergerusnya pendapatan karena Adaro mengalami penurunan volume penjualan sebesar 9 persen. Pada periode ini, produksi dan penjualan batu bara perseroan masing-masing mencapai 41,10 juta ton dan 40,76 juta ton. Hal itu setara dengan penurunan masing-masing 7 persen dan 9 persen.
Karena itu, setoran royalti Adaro kepada pemerintah juga turut merosot sebesar 27 persen. Pada sembilan bulan pertama ini Adaro menyetorkan royalti kepada pemerintah sebesar 207 juta dolar AS.
"Kami juga mengambil sikap waspada terhadap pengeluaran dan mengeksekusi rencana belanja modal dengan hati-hati. Meskipun disiplin terhadap suplai telah mulai dilakukan, kami perkirakan bahwa pemulihan pasar akan membutuhkan waktu yang lebih lama," ujar Garibaldi.