REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Kepala Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Afrika John Nkengasong, mengatakan virus corona jenis baru telah menyebar di Nigeria. Tapi ia menegaskan masih perlu ada penelitian lebih lanjut untuk memastikannya.
"Ini jalur yang terpisah dari yang di Inggris dan Afrika Selatan," kata Nkengasong, Kamis (24/12).
Ia mengatakan CDC Nigeria dan Pusat Penelitian Genom Penyakit Menular Afrika akan mengambil sampel di negara terpadat di Afrika itu untuk penelitian lebih lanjut. "Beri kami waktu, ini masih sangat dini," katanya.
Nkengasong mengatakan penemuan jenis baru berdasarkan dua atau tiga sekuens genetik. Tapi peringatan Afrika Selatan pekan lalu cukup memicu rapat darurat CDC Afrika pekan ini. Berita mengenai virus corona jenis terbaru ini muncul ketika angka kasus infeksi di Afrika melonjak lagi.
Nkengasong mengatakan varian baru mendominasi kasus infeksi virus corona di Afrika Selatan. Kasus positif Covid-19 di negara itu hampir 1 juta kasus.
Nkengasong menambahkan karena virus jenis terbaru menular dengan cepat maka kasus infeksi juga bertambah dengan cepat. Tapi masih belum diketahui apakah virus itu menimbulkan sakit yang lebih parah. "Kami yakin mutasi ini tidak akan berdampak (pada vaksin Covid-19)," katanya dilansir dari The Associated Press.
Pada Rabu (23/12) malam kemarin, Menteri Kesehatan Afrika Selatan Zwelini Mkhize mengumumkan 'tingkat penyebaran yang mengkhawatirkan' di negara itu. Dalam 24 jam kasus positif bertambah 14 ribu dan kasus kematian bertambah 400.
Sejauh ini Afrika sudah mengkonfirmasi 2,5 juta kasus infeksi atau 3,3 persen dari total kasus di seluruh dunia. Nkengasong mengatakan dalam empat pekan terakhir angka kasus infeksi di benua itu meningkat 10,9 persen. Nigeria mengalami kenaikan 52 persen sementara Afrika Selatan 40 persen.