REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Gubernur Bank Sentral Iran Abdolnaser Hemmati menyatakan Iran telah memenangkan persetujuan Amerika Serikat (AS) untuk mentransfer dana vaksin virus corona dari luar negeri, Kamis (24/12). Bank Teheran telah menerima dukungan dari Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri Departemen Keuangan AS untuk mentransfer uang tersebut ke bank Swiss untuk membayar vaksin.
"Mereka (AS) telah memberikan sanksi pada semua bank kami. Mereka menerima kasus yang satu ini di bawah tekanan opini publik dunia," kata Hemmati kepada TV pemerintah.
Hemmati mengatakan, Iran akan membayar sekitar 244 juta dolar AS untuk impor awal sebanyak 16,8 juta dosis vaksin dari COVAX. Kelompok multi-lembaga itu didedikasikan untuk memastikan akses yang adil ke vaksin untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Para pejabat Iran telah berulang kali mengatakan sanksi AS mencegah mereka melakukan pembayaran kepada kelompok yang telah ditandatangani oleh sekitar 190 negara. Meski melakukan impor vaksin, Shifa Pharmed Iran mulai mendaftarkan sukarelawan pekan ini untuk uji coba pada manusia dari kandidat vaksin Covid-19 domestik pertama di negara itu.
"Kami tidak merekomendasikan suntikan vaksin virus corona asing kepada personel Garda Revolusi dan Basij (milisi sukarela)," kata kantor berita Iran mengutip wakil kepala Garda, Mohammed Reza Naqdi.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran Sima Sadat Lari mengatakan kepada TV pemerintah sebelumnya, 152 orang telah meninggal karena Covid-19 di Iran dalam 24 jam terakhir, jumlah terendah sejak 18 September. Jumlah itu menjadikan total kematian menjadi 54.308 di negara yang terkena dampak paling parah di Timur Tengah.
Penurunan jumlah kematian terjadi setelah lebih dari sebulan jam malam diterapkan untuk lalu lintas dan pembatasan lainnya di kota-kota besar. Polisi mengatakan, 96 ribu denda dikeluarkan secara nasional untuk pengemudi yang melanggar jam malam.