Rabu 06 Jan 2021 10:36 WIB

Benarkah Minyak Kelapa Lebih Buruk dari Mentega?

Minyak kelapa kerap digadang baik bagi kesehatan dengan beragam klaim.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Minyak kelapa kerap digadang baik bagi kesehatan dengan beragam klaim (Foto: ilustrasi minyak kelapa)
Foto: Pixabay
Minyak kelapa kerap digadang baik bagi kesehatan dengan beragam klaim (Foto: ilustrasi minyak kelapa)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minyak kelapa kerap digadang baik bagi kesehatan dengan beragam klaim. Sebagian di antaranya adalah membantu penurunan berat badan, menurunkan tekanan darah dan kadar gula darah, hingga menurunkan risiko penyakit jantung dan menyamarkan kerutan wajah.

"Minyak kelapa memiliki aura menyehatkan sebagai superfood dan banyak orang meyakini itu benar," jelas pakar kebijakan makanan dan gizi dari New York University Marion Nestle, seperti dilansir The Age, Rabu (6/1).

Baca Juga

Akan tetapi, minyak kelapa mungkin tak semenyehatkan seperti anggapan kebanyakan orang. Selain itu, ada beberapa miskonsepsi terkait minyak kelapa.

Minyak kelapa sebenarnya lebih mirip seperti lemak sapi atau mentega dibandingkan minyak pada umumnya. Alasannya, tekstur minyak kelapa menjadi padat ketika berada pada suhu dingin.

Selain itu, sebagian besar minyak yang berasal dari tumbuhan tinggi akan asam lemak tak jenuh. Akan tetapi, minyak kelapa justru kaya akan lemak jenuh. Sebagai perbandingan, lemak jenuh pada minyak kelapa adalah 87 persen, pada mentega 63 persen, dan pada lemak sapi 40 persen.

Padahal, banyak ahli yang merekomendasikan pembatasan konsumsi lemak jenuh. Pembatasan ini diperlukan karena lemak jenuh dapat menyebabkan kenaikan kadar kolesterol yang kemudian dapat memicu terjadinya penyumbatan arteri.

Anggapan bahwa minyak kelapa baik untuk penurunan berat badan juga dinilai tidak begitu tepat. Alasannya kalori pada satu sendok makan minyak kelapa adalah 117 kalori, 15 kalori lebih banyak dibandingkan satu sendok makan mentega.

"Telah lama diketahui bahwa minyak kelapa dapat menaikkan kadar kolesterol LDL yang bisa merusak arteri, dan penelitian terbaru memperkuat pemahaman itu," ujar spesialis penyakit kardiovaskular dan gizi Dr Frank M Sacks dari Harvard's TH Chan School of Public Health.

Sebaliknya, Dr Sacks mengatakan klaim-klaim kesehatan terkait minyak kelapa tampak tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Dr Sacks bahkan mengatakan dia tak menemukan literatur ilmiah yang mendukung klaim-klaim promosi minyak kelapa.

"Pemasaran minyak kelapa itu membingungkan. Mereka berusaha menjualnya sebagai lemak sehat, tetapi semua yang memahami komposisi minyak kelapa tak berpikir seperti itu," timpal profesor di bidang kardiologi dari Feinberg School of Medicine di Chicago Dr Philip Greenland.

Namun bukan berarti minyak kelapa tak boleh dikonsumsi. Minyak kelapa tetap boleh dikonsumsi selama tidak berlebihan. Minyak kelapa juga baik digunakan pada kulit atau rambut. Yang tidak tepat adalah menganggap minyak kelapa sebagai superfood dengan segudang manfaat kesehatan karena sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang kuat untuk mendukungnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement