REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memantau kian tingginya penularan Covid-19 di Tanah Air dalam beberapa pekan terakhir. IDI memberi sejumlah masukan bagi pemerintah Indonesia guna menekan kasus Covid-19.
Hingga Selasa (5/1), jumlah kasus Covid di Indonesia bertambah 6.753 kasus, berarti total sementaranya mencapai 772 ribu kasus. Adapun total penderita sembuh di angka 639 ribu orang. Sedangkan yang meninggal dunia sebanyak 22.911 orang.
Ketua Umum IDI Daeng M Faqih mengingatkan pentingnya proses testing dan tracing guna memetakan penularan Covid-19 secara lebih baik. Kedua proses itu diperlukan agar penderita Covid-19 bisa lebih cepat ditangani sebelum penularannya meluas.
Kemudian Faqih juga menyayangkan masih rendahnya kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan (prokes) mencakup rajin cuci tangan, hindari kerumunan dan memakai masker.
"Perlu perkuat lagi testing dan tracing dan perkuat disiplin protokol kesehatan," kata Faqih pada Republika, Rabu (6/1).
Selain itu, Faqih memberi masukan pada pengelolaan penanganan penderita Covid-19 di rumah sakit. Ia menekankan agar rumah sakit selalu memberi pelayanan terbaik yang tersedia bagi para pasien agar dapat segera pulih.
"Perlu perencanaan yang terukur penambahan fasilitas rumah sakit dan penerapan standar pelayanan pasien covid-19 yang baik," ujar Faqih.
Sebelumnya, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan alasan kasus Covid-19 di Indonesia masih tinggi karena virus SARS CoV 2 masih banyak bersirkulasi.
Wiku membandingkan kasus di Indonesia yang masih tinggi dengan Singapura dan China yang sudah jauh menurun atau bahkan hampir tidak ada. Dia menyebutkan kasus Covid-19 di kedua negara tersebut menjadi sedikit, atau beberapa wilayahnya bahkan terbebas dari pandemi, karena sirkulasi virus di negara tersebut tersisa sedikit.
Karena virus SARS CoV 2 yang beredar di Singapura dan China sedikit, maka virus terbatas ruang geraknya dan tidak bisa menulari orang lain sehingga kasusnya hanya sedikit. Sementara di Indonesia, kata Wiku, virus masih mudah berpindah-pindah dan memperbanyak diri karena masih terdapat banyak kerumunan manusia.