REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengusulkan penerapan 5M. Slogan 3M yang selama ini didengungkan pemerintah dianggap Dicky tak lagi relevan.
Gerakan 5M yang dimaksud Dicky adalah Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, dan Mengurangi mobilitas. Adapun 3M yang selama ini digelorakan Pemerintah hanya mencakup tiga M yang pertama disebutkan saja.
"Jadi jangan langsung lompat ke 3M apalagi sekarang 3M sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang nggak akan cukup, harus 5M," kata Dicky pada Republika, Rabu (6/1).
Dicky mengingatkan pemerintah bahwa penanganan pandemi berkembang seiring kemajuan studinya. Penanganan suatu pandemi tak bisa berpacu pada satu metode saja secara statis.
"Kalau kebijakan itu harus disesuaikan dan direvisi sesuai perkembangan penyakit dan data riset yang ada terkait Covid-19. Ini yang buktikan 3M ditambah batasi mobilitas dan jauhi kerumunan harus jadi 5M," tambah Dicky.
Dicky khawatir penanganan Covid-19 bakal jauh dari optimal jika 5M urung dilakukan. Bahkan tak menutup kemungkinan jumlah korban terus bertambah. "Kalau (5M) nggak dilakukan maka nggak akan bantu pelaksanaan strategi utamanya yaitu testing, tracing, isolasi, karantina," ucap Dicky.
Selain itu, Dicky menekankan agar Pemerintah menunaikan tugas penanganan pandemi di seluruh wilayah tanpa tebang pilih. Suatu wilayah, lanjut Dicky, jangan sampai penanganan Covid-19nya lebih buruk dari wilayah lain.
"Yang harus diingat (5M) dilakukan merata di seluruh Indonesia enggak bisa satu dua daerah saja. Itu yang harus dilakukan bukan 3Mnya saja," tegas Dicky.
Hingga Selasa (5/1), jumlah kasus Covid di Indonesia bertambah 6.753 kasus, berarti total sementaranya mencapai 772 ribu kasus. Adapun total penderita sembuh di angka 639 ribu orang. Sedangkan yang meninggal dunia sebanyak 22.911 orang.