Senin 11 Jan 2021 16:54 WIB

Houthi Jadi Kelompok Teroris tak Layani Kepentingan AS

Mantan dubes AS untuk Timteng mengkritik rencana AS masukkan Houthi kelompok teroris

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Militan Houthi. Mantan dubes AS untuk Timteng mengkritik rencana AS masukkan Houthi kelompok teroris. Ilustrasi.
Foto: AP Photo
Militan Houthi. Mantan dubes AS untuk Timteng mengkritik rencana AS masukkan Houthi kelompok teroris. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan duta besar Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah, Ryan Crocker, mengkritik keputusan pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menetapkan gerakan Houthi di Yaman sebagai organisasi teroris asing (FTO). Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan akan segera mengirimkan notifikasi pada Kongres mengenai rencana tersebut.

"Ini tidak melayani kepentingan sama sekali, apakah ada di antara elemen kelompok Houthi yang terlibat dalam aksi terorisme? Tentu, begitu pula dengan kelompok lain di Timur Tengah," kata Crocker, Senin (11/1).

Baca Juga

"Houthi bagian integral masyakarat Yaman, mereka selalu begitu. Langkah ini menciptakan musuh strategis dari pasukan lokal yang telah menjadi bagian Yaman selama beberapa generasi, mereka bukan pion Iran," tambah Crocker.

Koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengintervensi Yaman pada 2015 lalu untuk membantu pemerintah melawan kelompok Houthi. PBB berusaha untuk menengahi kelompok yang bertikai untuk mengakhiri perang.

Pandemi Covid-19 memperburuk situasi di Yaman yang tidak hanya didera perang tapi juga mengalami keterpurukan ekonomi dan jatuhnya mata uang. PBB menggambarkan Yaman sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia. Sekitar 80 persen populasinya membutuhkan bantuan.

Pada November lalu Sekretaris Jenderal PBB  Antonio Guterres mengatakan 'Yaman dalam bahaya mengalami kelaparan terburuk yang belum pernah dilihat dunia selama berpuluh-puluh tahun'. Ia memperingatkan akan menentang semua langkah sepihak.

Juru bicara Guterres menolak untuk memberikan komentar. Misi Iran untuk PBB di New York belum membalas permintaan komentar.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement