REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan teknologi informasi era globalisasi saat ini semakin memudahkan manusia dalam pekerjaannya. Contohnya saja teknologi kecerdasan buatan atau yang lebih dikenal Artificial Intelligence (AI) yang telah diterapkan di berbagai bidang kehidupan. AI merupakan simulasi kecerdasan dari manusia dan dimodelkan ke dalam bentuk mesin, kemudian diprogram agar bisa berpikir seperti layaknya manusia.
Ahmad Ishaq, dosen Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) menerapkan program kecerdasan buatan dalam sistem pakar untuk mengetahui penyakit gigi pada manusia.
Ia menjelaskan bahwa rancangan sistem pakar diagnosis penyakit gigi ini dapat mendeteksi penyakit gigi dan mulut pada pasien berdasarkan gejala-gejala pasien.
“Pasien hanya perlu menggunakan aplikasi sistem pakar ini pada device mereka, kemudian memilih gejala apa saja yang dirasakan. Program akan mendeteksi penyakit apa yang diderita, faktor pemicu gejala tersebut serta tindakan dini yang harus dilakukan tanpa harus bertemu dokter,” ujarnya dalam keterangan pers, Rabu (13/1).
Ia mengaku bahwa program sistem pakar ini telah teruji secara tepat karena berdasarkan jawaban dari objek pakar secara langsung, yakni beberapa dokter gigi yang telah memiliki pengalaman puluhan tahun. Hasil wawancara dengan dokter gigi tersebut diterapkan pada algoritma sistem pakar.
“Penelitian ini mengumpulkan semua data penyakit gigi yang sering ditangani oleh dokter gigi. Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, program sistem pakar ini akan membantu pasien untuk menambah pengetahuannya dan memudahkan dokter dalam memeriksa,” imbuhnya.
Ahmad menyimpulkan bahwa pemahaman penyakit gigi itu sangat penting, karena apabila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan bahaya kerusakan yang semakin parah.
“Aplikasi sistem pakar ini dibuat untuk memudahkan pasien mendiagnosis penyakit gigi secara dini sehingga bisa mengetahui solusi terbaik untuk merawat atau menyembuhkan gigi sebelum berkonsultasi kepada dokter," tutup Ahmad.