Senin 18 Jan 2021 20:35 WIB

Empat Faktor Penyebab Kasus Covid-19 di Jakarta Masih Tinggi

Sepekan pemberlakukan PPKM, angka penularan kasus Covid-19 di Jakarta masih tinggi.

Sejumlah petugas memasukan peti jenazah pasien Covid-19 ke liang lahat di TPU Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta, Jumat (15/1). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuka area pemakaman untuk jenazah COVID-19 di TPU Srengseng Sawah karena Taman Pemakaman Umum (TPU) khusus COVID-19 telah penuh. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah petugas memasukan peti jenazah pasien Covid-19 ke liang lahat di TPU Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta, Jumat (15/1). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuka area pemakaman untuk jenazah COVID-19 di TPU Srengseng Sawah karena Taman Pemakaman Umum (TPU) khusus COVID-19 telah penuh. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Flori Sidebang, Rr Leny Sulistyawati

Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di DKI Jakarta telah berlangsung selama sepekan. Namun, angka jumlah kasus aktif harian Covid-19 di Ibu Kota masih cukup tinggi.

Baca Juga

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria mengklaim, sejak kebijakan PPKM diterapkan, ada peningkatan kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Meski demikian, Ariza tidak menjelaskan secara rinci mengenai persentase peningkatan tersebut.

"Kita lihat bahwa seminggu ini sejak tanggal 11 (Januari 2021) diberlakukan (PPKM), sampai dengan kemarin, Alhamdulillah masyarakat ada peningkatan kesadaran daripada melaksanakan protokol kesehatan Covid-19," kata Ariza di Balai Kota DKI, Senin (18/1).

Kendati demikian, Ariza pun tidak membantah jika kasus aktif Covid-19 di Jakarta masih cukup tinggi. Menurut dia, ada beberapa hal yang memengaruhi kondisi tersebut.

"Sekalipun angkanya masih cukup tinggi, itu karena disebabkan beberapa hal ya. Jadi setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan kasus Jakarta masih cukup tinggi," ujarnya.

Pertama, kata dia, angka kasus aktif Covid-19 masih tinggi karena Jakarta sebagai Ibu Kota yang menjadi tempat transit masyarakat dari berbagai daerah. "Kemudian di Jakarta masih tinggi karena kami lakukan tes 10 kali lipat dari standar WHO," ucap dia.

Ketiga, tingginya kasus virus corona dalam sepekan ini disebabkan masih adanya rapelan atau gabungan data hasil tes dari sebelumnya. Penyebab terakhir, jelas dia karena adanya libur akhir tahun yang masih memberikan dampak.

Ariza pun berharap agar pada beberapa pekan ke depan kebijakan PPKM dapat menekan angka penyebaran Covid-19. "Mudah-mudahan, di minggu-minggu ke depan setelah tanggal 25 kita lihat ada perkembangan," tutur Ariza.

"Harapan kita tentu akan menurun di Jakarta dan mudahan-mudahan seiring dimulainya vaksinasi, masyarakat lebih peduli. Sekalipun ada keyakinan, kami minta juga tetap disiplin taat menggunakan masker dan taat protokol kesehatan," sambung dia menjelaskan.

Di sisi lain, Ariza pun kembali mengingatkan masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Ia menilai, meskipun pemerintah semaksimal dan secepat apapun menyiapkan fasilitas penanganan Covid-19, hal itu akan kalah dibandingkan dengan cepatnya peningkatan penyebaran virus corona jika tidak dikendalikan dengan baik.

Oleh karena itu, Ariza menuturkan, perlu dukungan dari seluruh masyarakat, khususnya di Jakarta untuk turut ambil bagian mengerem penyebaran Covid-19.

"Cara mengeremnya tidak ada pilihan, hanya melaksanakan protokol Covid, dan tempat terbaik sekali lagi tetap berada di rumah. Jadi kami minta angkanya cukup mengkhawatirkan, terus tinggi sekalipun Jakarta turun posisinya, tidak ranking satu lagi, tetapi tetap angkanya cukup mengkhawatirkan," ungkap dia.

Pada Ahad (17/1), kasus baru Covid-19 di Jakarta bertambah 2.559. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia, mengatakan pada Ahad telah dilakukan tes PCR terhadap 17.001 spesimen. Hasilnya, 2.559 orang positif Covid-19.

"Namun, total penambahan kasus positif sebanyak 3.395 kasus. Sebab, terdapat akumulasi data sebanyak 836 kasus dari 1 RS BUMN dan 1 laboratorium swasta, (selama) 5 hari terakhir yang baru dilaporkan," kata Dwi dalam keterangan resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Ahad.

Dwi menjelaskan, penambahan kasus banyak terjadi di lingkungan keluarga dan komunitas. "Perlu tetap menerapkan 3M, di mana pun dan kapan pun. Maka, kita harus bekerja sama menekan laju penyebarannya," imbaunya.

Adapun jumlah kasus aktif di Jakarta turun sebanyak 410 kasus, sehingga jumlah kasus aktif sampai hari ini sebanyak 21.679 (orang yang masih dirawat / isolasi). Sedangkan, jumlah kasus Konfirmasi secara total di Jakarta sampai hari ini sebanyak 227.365 kasus.

Dari jumlah total kasus tersebut, total orang dinyatakan telah sembuh sebanyak 201.907 dengan tingkat kesembuhan 88,8 persen, dan total 3.779 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,7 persen. Sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 2,9 persen. Sebelumnya, Sabtu (16/1), DKI Jakarta mencatatkan rekor kasus Covid-19, dengan 3.536 kasus baru.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement