Senin 18 Jan 2021 20:55 WIB

Tujuh Puskesmas Terdampak Gempa Sulbar

Dinkes Sulbar mencatat tujuh puskesmas terdampak gempa 6,2 M pada Jumat.

Rumah yang roboh akibat gempa berkekuatan magnitudo 6,2 skala richter di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).
Foto: Dok BNPB
Rumah yang roboh akibat gempa berkekuatan magnitudo 6,2 skala richter di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Dinas Kesehatan Sulawesi Barat mencatat ada tujuh puskesmas terdampak gempa berkekuatan 6,2 magnitudo pada Jumat, 15 Januari 2021 lalu. Empat puskesmas di antaranya berada di Kabupaten Mamuju dan tiga lain di Kabupaten Majene.

"Kita berusaha mendukung puskesmas yang ada. Terutama dengan memanfaatkan relawan yang masuk ke sini untuk ditempatkan di beberapa tempat puskesmas itu bisa bekerja lebih optimal," ujar Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Barat dr Alief Satria melalui sambungan telepon dari Makassar, Senin (18/1).

Selain itu, dr Alief mengemukakan bahwa telah dilakukan pemeriksaan kesehatan kepada tenaga kesehatan yang sudah kembali masuk bertugas. Khususnya di rumah sakit provinsi atau RS Regional Sulbar.

Hanya saja, pemeriksaan rapid antigen belum bisa dilakukan ke seluruh tenaga kesehatan yang telah aktif bertugas lantaran alat dan bahan rapid tidak mencukupi.

"Walaupun dalam kondisi terbatas, kita tetap lakukan rapid, meski memang belum bisa dilakukan secara masif, sehingga kita minta di pusat untuk bisa diberikan untuk jumlah yang cukup," jelasnya.

Sebelumnya, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Sulbar dr Muhammad Ichwan mengatakan pelayanan kesehatan lebih difokuskan di rumah sakit karena berbagai puskesmas belum begitu normal.

Ia menyampaikan kondisi di Mamuju memang lebih sulit mendapatkan jaringan data kesehatan masyarakat karena masih lumpuh. Sehingga, jika ada korban gempa yang membutuhkan pertolongan medis, maka terpaksa harus dibawa ke Rumah Sakit Regional Sulbar.

"Kita berupaya menghidupkan puskemas dengan mengirimkan para dokter dan tenaga medis dari berbagai relawan," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement