REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Karliansyah mengatakan daerah lokasi banjir di Daerah Aliran Sungai Barito di Kalimantan Selatan memiliki kondisi infrastruktur ekologis yang tidak lagi memadai. Kondisi tersebut membuat daerah yang dimaksud tidak mampu lagi menampung aliran air masuk.
"Lokasi banjir berada di sepanjang alur DAS Barito di mana memang dari evaluasi yang ada kondisi infrastruktur ekologisnya yaitu jasa lingkungan pengatur air, sudah tidak memadai," kata dia, dalam konferensi pers daring dipantau dari Jakarta, Selasa (19/1)
Daerah Daerah Aliran Sungi (DAS) Barito di Kalimantan Selatan (Kalsel) melingkupi wilayah seluas 1,8 juta hektare (ha), dari total 6,2 juta luasnya. Mayoritas penduduk tinggal di wilayah tersebut.
Data KLHK per 2019 memperlihatkan bahwa daerah luas hutan di area itu adalah seluas 18,2 persen dari wilayah DAS Barito Kalsel. Sisa luasannya didominasi pertanian lahan kering sebesar 21,4 persen, sawah 17,8 persen dan perkebunan sebesar 13 persen.
Selain itu, KLHK juga mencatat penurunan luas hutan alam sejak 1990 sampai dengan 2019 sebesar 62,8 persen. Penurunan luas hutan terbesar terjadi pada periode 1990 sampai 2000.
Luas hutan pada 1990 di daerah itu adalah 803.104 ha sedangkan di 2019 tinggal tersisa 333.149 ha. Sementeraluasankawasannonhutan pada 1990 tercatat mencapai 1.025.542 ha yang kemudian bertambah menjadi 1.495.497 ha pada 2019.