REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pemerintah menugaskan BUMN melakukan penjajakan mengenai pengadaan vaksin Covid-19 dengan produsen vaksin covid-19 dari negara lain. Erick bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjajaki sejumlah kemungkinan kerja sama dengan negara lain terkait vaksin Covid-19.
"Kenapa dua negara tujuan saat itu UAE dan China karena memang sejak awal ketika kita menghubungi pembuat vaksin dari Eropa dan Amerika Serikat (AS), responsnya sangat rendah," ujar Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (20/1).
Respons berbeda ditunjukan UEA dan China. Menurut Erick, hal ini tak lepas dari hubungan dagang antara Indonesia dengan UEA dan China yang telah terjalin selama ini.
Presiden Jokowi telah berkunjung ke UEA pada November lalu dalam membahas kerja sama antara PLN dengan perusahaan UEA, Masdar, dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Cirata, Jawa Barat, dengan kapasitas 145 MW. Pun dengan China, yang membantu ekspor Indonesia masuk ke negerinya hingga kerja sama lainnya.
"Hal itu yang kita jajaki, tentu sebagai BUMN bertemu BUMN China bertemu dengan BUMN yang ada di UAE, tapi pada kesempatan itu kita diberikan kesempatan bertemu swasta dari China dan UAE," ucap Erick.
Erick mengatakan PT Bio Farma sebagai induk holding BUMN farmasi kemudian menindaklanjuti dengan menyepakati mengambil vaksin dari Sinovac, China, yang datang secara bertahap. Erick menyebut Bio Farma merupakan perusahaan yang sejak lama memproduksi vaksin dan merupakan peran mitra daripada Kemenkes.