REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meluncurkan koalisi pada konferensi perubahan iklim tentang adaptasi dan ketahanan yang digelar untuk pertama kalinya, di mana Pemerintah Indonesia turut bergabung.
Dalam keterangan tertulis Kedutaan Besar Inggris di Jakarta yang diterima Jumat (29/1), Presiden Joko Widodo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar turut bergabung dalam pertemuan terkait upaya adaptasi terhadap perubahan iklim, yang berarti mengantisipasi dampak merugikan dari perubahan iklim dan menentukan serta mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah maupun meminimalisasi risiko yang dapat ditimbulkan.
“Tidak dapat disangkal bahwa perubahan iklim sudah menimpa kita dan telah menghancurkan kehidupan dan ekonomi. Kita harus beradaptasi dengan iklim kita yang berubah, dan kita harus melakukannya sekarang,” ujar PM Johnson.
Dia menjelaskan bahwa koalisi itu akan bekerja untuk mengubah komitmen politik internasional yang dibuat melalui Seruan Aksi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Adaptasi dan Ketahanan, untuk menjadi dukungan di lapangan untuk komunitas yang rentan.
Berbagai dampak perubahan iklim disebut telah melanda berbagai sudut dunia, seperti kebakaran hutan di Australia, siklon di Mozambik, dan tak terlepas banjir yang juga terjadi di Indonesia. Langkah-langkah adaptasi terhadap perubahan iklim pun menjadi penting di kala dunia berusaha menghindari dampak terburuk.
Adapun pihak Indonesia, dalam konferensi tersebut, mencetuskan kampanye penanaman bakau untuk meningkatkan ketahanan ekosistem dan lahan di Indonesia. Program itu menargetkan restorasi atau penciptaan 600.000 hektare hutan bakau di seluruh Indonesia.