REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Sholat Jumat adalah sholat wajib yang dilakukan oleh kaum lelaki. Sebelum shalat dimulai, para jemaah mendengar khutbah. Namun, bagaimana sosok khatib Jumat yang banyak membuat salah dan tersendat-sendat dalam membaca ayat Alquran? Sama pula saat dia menjadi imam sholat Jumat. Perlukah mengulang shalat tersebut?
Pakar Tafsir Alquran asal Indonesia, Prof. M. Quraish Shihab menjawab dalam bukunya berjudul 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui. Para ulama mengemukakan syarat-syarat bagi sahnya khutbah Jumat dan di antara mereka ada yang sangat longgar. Misal, Imam Ahmad bin Hanbal yang menyatakan khutbah Jumat telah dianggap sah meskipun sang khatib hanya mengucapkan kalimat “Subhanallah”, “Alhamdulillah”, atau kalimat apa pun yang mengandung makna zikir. Sebab, dalam konteks shalat Jumat Allah hanya memerintahkan untuk berzikir kepada-Nya.
Allah berfirman dalam surat al-Jumu’ah ayat 9:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Yā ayyuhallażīna āmanū iżā nụdiya liṣ-ṣalāti miy yaumil-jumu\'ati fas\'au ilā żikrillāhi wa żarul baī\', żālikum khairul lakum ing kuntum ta\'lamụn. “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu berzikir kepada Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Ayat tersebut ditafsirkan sebagai bergegas pergi ke masjid untuk mendengarkan khutbah. Konon saat memegang kekuasaan tertinggi, di awal shalat Jumat Khalifah Utsman bin Affan berkhutbah dengan hanya mengucapkan kalimat “Alhamdulillah.” Setelah itu, dia turun dari mimbar dan melaksanakan sholat Jumat.
Pendapat tersebut ditolak bahkan oleh para ulama bermahzab Abu Hanifah. Mereka mensyaratkan adanya ucapan-ucapan zikir yang tidak terlalu pendek sehingga wajar disebut “khutbah.” Dari keempat mahzab, mahzab Syafi’i yang paling ketat dan terperinci dalam menetapkan rukun khutbah. Khutbah harus memenuhi lima hal, yaitu mengucapkan “Alhamdulillah”, bershalawat kepada Nabi Muhammad, berwasiat untuk bertakwa, membaca ayat-ayat Alquran yang sempurna maknanya, dan berdoa untuk orang-orang Mukmin, baik lelaki dan perempuan yang menyangkut persoalan akhirat.
Jika menganut paham Imam Abu Hanifah, maka khutbah Jumat tetap dinilai sah walaupun khatibnya salah atau tersendat-sendat dalam membaca ayat Alquran. Sebab, bacaan ayat bagi imam bukanlah rukun khutbah. Namun, jika menganut paham Imam Syafi’i yang lebih tepat adalah sholat tersebut dinilai tidak sah. Ini karena khatib salah dalam membacakan ayat Alquran.
Di sisi lain, perlu diketahui para ulama sepakat menyatakan bacaan ayat-ayat Alquran dari seorang imam yang memimpin sholat harus baik dan benar. Jika bacaannya keliru, khususnya surat al-Fatihah, maka sholat yang dipimpinnya menjadi tidak sah. Dalam hal ini, makmum harus mengulang sholatnya.