REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memaksimalkan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dinilai bisa menjadi cara agar ekonomi bertahan di tengah pandemi Covid-19. Hal tersebut menjadi kesimpulan dalam pertemuan Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) DKI Jakarta dengan Ketua PWNU DKI Jakarta, KH Samsul Ma’arif, di kantor PWNU DKI, Jalan Utan Kayu, Matraman, Jakarta Timur.
"Untuk mengatasi krisis kali ini dibutuhkan cara-cara baru. Salah satunya dengan memacu perekonomian lewat akar rumput yang potensi besar dan anggotanya sangat banyak. Sebab, sektor ini dinilai tetap bisa hidup di tengah pandemi," kata Ketua Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) DKI Jakarta, Samsul B. Ibrahim, Jumat (5/2).
"Kita selaku keluarga besar NU harus bersinergi, saling mendukung, bahu-membahu menggalakan ekonomi Nahdliyin, khususnya di DKI. Kita akan membuat koperasi yang mensuplai kebutuhan bahan pokok atau sembako untuk pesantren di bawah NU," sambungnya.
Dengan menerapkan pola tersebut, dilanjutkan Samsul, banyak hasil positif bisa diperoleh. Misalnya saja, mengajarkan santri-santri menjadi pribadi yang mandiri lantaran sudah diajarkan bahwa persaingan akan semakin keras. Lalu, memberikan persiapkan generasi berikutnya untuk menjadi pemimpin UMKM masa depan yang lebih tangguh.
Kegiatan ini dinilai sejalan dengan tujuan berdirinya negara sebagai amanat dalam undang-undang, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
"Tentu yang tidak kalah penting, yakni berhimpun dalam organisasi HPN sebagai sarana mengembangkan jejaring dan bisnis. Kita juga mengajak semua keluarga besar NU, khususnya di DKI untuk membesarkan HPN. Sehingga anggotanya bisa eksis dan mandiri secara ekonomi," kata dia.
Sementara itu, cita-cita memajukan jamaah Nahdliyin pada bidang ekonomi sebelumnya dipikirkan para pendiri NU, yakni Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah pada tahun 1918. Mereka telah mencanangkan berdirinya Nahdlatul Tujjar, atau kebangkitan para pedagang. Melalui spririt para pendahulu tersebut, diharapkan agar warga NU bisa menjadi pelaku ekonomi yang tangguh.
Kekuatan ekonomi perlu menjadi perhatian serius dengan salah satunya meneruskan pondasi dasar yang telah diletakkan oleh Mustasyar PBNU KH Ma’ruf Amin. Semasa menjabat sebagai Rais Aam, Kiai Ma’ruf telah merintis arus ekonomi baru umat dengan konsep buttom up (dari bawah).
Bersamaan dengan itu Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Ma'Arif menilai jika HPN DKI sangat responsif terhadap perkembangan ekonomi masyarakat.
Apalagi sebagai organisasi yang besar, NU mampu berperan banyak karena jaringan yang dimiliki pun sudah sangat besar.
"Saya sangat apresiasi langkah HPN. Kita memang harus bersinergis, banyak warga NU yg punya potensi dan harus disatukan. Di kaum muda ada Anshor, Fatayat, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Kita harus bergerak di berbagai lini, dengan dorongan HPN keluarga besar NU diharapkan bisa mandiri secara ekonomi," katanya.