"Pilot project pelaksanaan konektivitas multimoda dilakukan dengan kapal tol laut KM. Muara Mas dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ke Pelabuhan Pomako, Mimika kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat melalui Perum Damri Cabang Mimika dari Pelabuhan Pomako ke gudang kargo Bandara Moses Kilangin. Lalu dilanjutkan dengan jembatan udara melalui angkutan perintis dan kargo ke Wamena dan angkutan perintis dengan pesawat jenis untuk ke beberapa Distrik di wilayah pegunungan Kabupaten Mimika yaitu Awarnop, Alama dan Zila,” katanya.
Trayek Baru
Bharto juga mengatakan bahwa sebagai optimalisasi tol laut pihaknya juga membuat trayek baru T-19 atau lingkar Papua yaitu Merauke, Kokas Fakfak, Sorong, Korido Supriori dan Depapre Jayapura. Rute ini belum pernah ada sebelumnya, baik pada trayek Tol Laut maupun komersil. Dan rute ini merupakan pemintaan dari Pemerintah Daerah Papua yang dilatarbelakangi oleh Inpres No 10 Tahun 2020 tentang percepatan pembangunan dan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat.
"Selain itu trayek ini kami buat juga karena adanya surplus beras di wilayah Marauke, yang selama ini bila mendistribusikan ke Papua Utara harus melalui Surabaya dan kami lakukan sebagai dukungan untuk swasembada Beras di Papua dan Papua Barat. Dan hal ini kami lakukan untuk sebagai dukungan karena dibukanya pelabuhan baru di Kokas, Fak Fak pada Koridor Supriori dan juga pelabuhan Depapre, Jayapura dalam rangka ships promote the trade," katanya.
Bharto berharap, dengan evolusi konektivitas yang sangat komplek ini dapat membawa iklim positif pada perkembangan logistik di Tanah Air. "Dan hal juga sebagai bukti bahwa Pemerintah hadir dengan konsep dan tujuan untuk kesejahteraan masyarakat di Papua,” ucapnya.