REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan relaksasi uang muka atau down payment (DP) nol persen untuk pembelian kendaraan sepeda motor dan mobil baru tidak akan berdampak banyak. Khususnya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
"Intinya tidak akan ada dampak ekonominya," kata Esther dalam diskusi virtual Indef, Selasa (23/2).
Esther mengatakan, dengan adanya relaksasi DP tersebut maka konsumen memang akan lebih mudah. Hanya saja, cicilan yang akan ditanggung juga akan lebih tinggi.
Sementara itu, Ekonom Senior Indef Aviliani mengatakan dengan adanya kebijakan relaksasi DP nol persen untuk kredit kendaraan dan kredit pemilikan rumah (KPR) tidak akan begitu saja membuat bank mudah melaksanakannya. Selain itu, Aviliani menilai, saat ini kebanyakan masyarakat masih lebih memilih untuk menyimpan uang, khususnya untuk kalangan menengah dan ke bawah.
Sementara untuk orang kaya, Aviliani menilai sudah mulai melakukan transaksi. "Makanya penjualan motor dan mobil tanpa ada kebijakan sesudah bisa meningkat meski tidak setinggi tahun sebelumnya (sebelum pandemi)," jelas Aviliani.
Untuk itu, Aviliani menegaskan, jika untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka kebijakan relaksasi tersebut tidak akan berpengaruh. Dari sisi rumah tangga, lanjut Aviliani, masih banyak masyarakat yang berjaga-jaga saat pandemi.
"Dari sisi bank, kinerja NPL-nya masih sekitar tiga persen, tapi kan itu karena ada kebijakan relaksasi. Tapi nanti pada 2022 saat relaksasi selesai, ada kemungkinan 23 persennya tidak tertagih. Itu yang tidak diinginkan oleh bank," ungkap Aviliani.