Kamis 25 Feb 2021 06:07 WIB

Ridwan Kamil; Citarum Meluap Luar Biasa

Kapasitas Citarum Maksimal 800 m3/detik, Kemarin Sampai 1.300 m3/detik

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Hiru Muhammad
Presiden Joko Widodo (keempat kanan) didampingi Menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono (kanan), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (ketiga kanan) dan Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja (kedua kanan) meninjau lokasi jebolnya tanggul Sungai Citarum di Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (24/2/2021). Akibat jebolnya tanggul Sungai Citarum tersebut menyebabkan banjir di 134 titik lokasi pada 19 kecamatan di Kabupaten Bekasi dan sebanyak 27.928 kepala keluarga terdampak banjir.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (keempat kanan) didampingi Menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono (kanan), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (ketiga kanan) dan Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja (kedua kanan) meninjau lokasi jebolnya tanggul Sungai Citarum di Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (24/2/2021). Akibat jebolnya tanggul Sungai Citarum tersebut menyebabkan banjir di 134 titik lokasi pada 19 kecamatan di Kabupaten Bekasi dan sebanyak 27.928 kepala keluarga terdampak banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI--Tanggul Sungai Citarum jebol. Akibatnya, sejumlah kecamatan di Kabupaten Bekasi terendam banjir. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dalam tinjauannya menerangkan, kapasitas debit maksimal tanggul Citarum seharusnya hanya mampu menampung 800 meter kubik air.

Namun, ketika hujan tiba sejak Jumat (19/2) lalu, kapasitas debit air yang melewati tanggul mencapai 1.300 meter kubik. “Citarum meluap luar biasa. Kapasitasnya yaitu 800 meter kubik. Kemarin sampai 1.300 meter kubik. Jadi melebihi tinggi akhirnya menjebol beberapa titik,” kata Ridwan Kamil, Selasa (23/2).

Data Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi pada Senin (22/2), tinggi muka air di Kecamatan Pebayuran sekitar 80-250 cm. Sedangkan di Kecamatan Kedungwaringin masih 150 cm pada Selasa (23/2) pagi. Bantuan logistik untuk masyarakat terdampak banjir juga didistribusikan, baik dari BPBD Kabupaten, BPBD Provinsi, maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Sementara warga yang rumahnya rusak berat maupun roboh akibat banjir dapat mengikuti program perbaikan rumah tidak layak huni (rutilahu). “Untuk kedaruratan mudah-mudahan ambil contoh yang surut sehingga dapat dikerjakan titik ini, kita akan perbaiki supaya air tidak mengalir lagi ke titik-titik rumah yang lain,” ucap dia.