Senin 01 Mar 2021 13:58 WIB

Turki: Stabilitas Myanmar Memburuk Pasca-Kudeta

Turki menyerukan agar aksi kekerasan segera dihentikan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
 Petugas polisi anti huru hara maju ke depan pengunjuk rasa pro-demokrasi selama unjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 27 Februari 2021.
Foto: REUTERS/STRINGER
Petugas polisi anti huru hara maju ke depan pengunjuk rasa pro-demokrasi selama unjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 27 Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki mengecam penggunaan kekuatan tak proporsional oleh militer Myanmar terhadap massa pengunjuk rasa penentang kudeta. Ankara menyerukan agar aksi kekerasan segera dihentikan.

"Kami mengamati dengan keprihatinan mendalam bahwa stabilitas di Myanmar memburuk setelah kudeta pada 1 Februari 2021," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam siaran pers pada Ahad (28/1), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Turki meminta demokrasi di Myanmar segera dipulihkan. "Kami menyerukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemulihan demokrasi tanpa penundaan guna menjaga perdamaian dan stabilitas di negara tersebut serta segera hentikan kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai," katanya.

PBB, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (AS) juga turut mengecam aksi kekerasan aparat keamanan Myanmar terhadap demonstran penentang kudeta. Mereka mendesak militer yang kini mengontrol jalannya pemerintahan menghormati tuntutan rakyat.

"Penggunaan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa damai dan penangkapan sewenang-wenang tidak dapat diterima," kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, dalam sebuah pernyataan pada Ahad (28/1).

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell secara khusus menyoroti aksi penembakan yang menelan nyawa warga sipil. "Dalam penembakan terhadap warga yang tidak bersenjata, pasukan keamanan telah secara terang-terangan mengabaikan hukum internasional, dan harus dimintai pertanggungjawaban," ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement