Senin 01 Mar 2021 16:23 WIB

Usai Demo Mematikan, Warga Myanmar Kembali Turun ke Jalan

Sebanyak 18 orang tewas dalam demonstrasi akibat tindakan keras keamanan Myanmar

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
 Pengunjuk rasa pro-demokrasi mencalonkan diri sebagai polisi anti huru hara maju ke arah mereka selama unjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 27 Februari 2021.
Foto: REUTERS/STRINGER
Pengunjuk rasa pro-demokrasi mencalonkan diri sebagai polisi anti huru hara maju ke arah mereka selama unjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 27 Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KALE -- Satu hari usai unjuk rasa mematikan yang menewaskan 18 orang, masyarakat Myanmar kembali turun ke jalan untuk memprotes kudeta militer 1 Februari lalu. Pengunjuk rasa di Kota Kale membawa poster foto pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dan bersorak 'tujuan kami, demokrasi'.

Dalam siaran langsung yang ditayangkan di Facebook, Senin (1/3) terlihat sekelompok orang memakai helm berkumpul di jalanan Kota Lashio. Mereka meneriakkan slogan saat polisi berjalan ke arah mereka. Warga Kota Bagan juga berunjuk rasa di pusat kota.

Baca Juga

Kudeta 1 Februari lalu menahan perjalanan Myanmar menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun dikuasai militer. Pengambilalihan kekuasaan secara paksa itu dikecam negara-negara Barat dan mendorong puluhan ribu orang turun ke jalan.

Pada Ahad (28/2) kemarin, polisi Myanmar melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa di demonstrasi anti-kudeta paling mematikan bulan ini. Media, sumber medis, politik dan warga setempat melaporkan 18 orang tewas dan sejumlah orang terluka.