Kamis 04 Mar 2021 16:58 WIB

Haruskah Sampai Membenci Produk Impor?

Wacana pengurangan produk impor harus dibarengi perkuatan subtitusinya.

Calon pembeli memilih jersi (kaus) bersepeda. Presiden Joko Widodo meminta upaya untuk meningkatkan pembelian dan penggunaan produk dalam negeri digiatkan.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Calon pembeli memilih jersi (kaus) bersepeda. Presiden Joko Widodo meminta upaya untuk meningkatkan pembelian dan penggunaan produk dalam negeri digiatkan.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dedy Darmawan Nasution, Dessy Suciati Saputri, Antara

Cinta produk lokal adalah jargon yang sejak dulu sudah dikumandangkan setiap pemimpin di Tanah Air. Presiden Joko Widodo bahkan meminta jajarannya mendorong masyarakat untuk mencintai dan mendukung produk-produk dalam negeri serta menggaungkan untuk membenci produk-produk luar negeri.

Baca Juga

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, mengatakan, tujuan ajakan itu sebetulnya baik karena mengajak untuk menggunakan produk dalam negeri. Namun, semestinya ajakan dari seorang Presiden bisa lebih diplomatif.

"Khawatirnya kalau kita gaungkan benci produk luar negeri, lalu dibalas benci produk Indonesia bagaimana? Kita jadi tidak bisa ekspor," kata Heri, Kamis (4/3).

Ia mengatakan, di banyak negara saat ini memang sudah mulai intens untuk mengajak masyarakatnya mengutamakan produk dalam negeri. Namun, hal itu dilakukan dengan slogan-slogan yang fokus pada negeri sendiri tanpa menyinggung negara lain.

Heri melanjutkan, yang terpenting adalah bagaimana agar pemerintah bisa memperkuat posisi industri dalam negeri untuk melakukan substitusi produk impor. "Itu kan perlu roadmap, apa yang mau dikurangi impornya harus diimbangi dengan kemampuan industri. Kalau kita langsung kurangi impor, nanti kekurangan barang repot juga," ujar dia.

Selain itu, yang tak kalah penting adalah soal harga barang substitusi impor. Ia menekankan, harga juga harus bisa bersaing agar masyarakat benar-benar mengutamakan produk dalam negeri.

"Slogan yang harus dibangun itu aku cinta produk indonesia, produk lokal, atau made in Indonesia 2022. Banyak sebenarnya di berbagai negara. Tapi, kalau statement benci itu menyerang, ya kita nanti balas. Jadi, fokus ke industri kita saja," katanya.

Lebih lanjut, ia menilai pemerintah melalui Kementerian Perindustrian sudah memiliki semangat untuk substitusi impor, salah satunya dalam target penurunan impor produk manufaktur sebanyak 35 persen. Arah itu sudah baik, tetapi harus diiringi dengan tindakan agar utilisasi dan produktivitas industri dalam negeri ikut membaik.

Seruan untuk lebih banyak membeli produk dalam negeri disambut baik Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi). "Ini yang kami tunggu, setelah 10 tahun kami menggelorakan gerakan ayo kembali belanja ke pasar tradisional dan  ayo belanja ke warung rumahan untuk cintai produk dalam negeri dan produk-produk UMKM sendiri," kata Ketua Bidang Organisasi DPP Ikappi, Muhammad Ainun Najib, dalam keterangan resmi.

Ia mengatakan, ajakan dari Presiden patut dipandang positif. Harapannya, pesan Presiden mendapat respons positif juga dari masyarakat untuk kembali berdiri di kaki sendiri.

"Kita semua tahu bahwa pandemi ini menggerus seluruh sektor ekonomi. Jika kita tidak membangkitkan kembali sektor ekonomi, kita tidak mungkin bertahan untuk menghadapi pandemi," ujarnya.

Ia menyatakan, krisis ekonomi akan terus terjadi selama Indonesia sendiri tidak memutarkan produk-produk asli lokal sendiri untuk dikonsumsi di dalam negeri. "Maka, kita harus mengubah strategi untuk kembali mencintai produk kita sendiri," ujarnya.

Ainun mencontohkan, diketahui bersama 95 persen bawang putih yang dikonsumsi masih impor dari China dan beberapa komuditas lain, seperti kedelai, jagung, dan seterusnya akan terus mengalir impor-impor buah di dalam negeri. Katanya, ini adalah momentum petani kita untuk kembali bangkit dan pulih. Masyarakat juga harus kembali sadar bahwa produk dalam negeri jauh lebih berkualitas dibanding produk luar negeri ini momentum berbenah.

"Kami mengajak semua pihak untuk ikut membuat gerakan cinta produk dalam negri dan ikut membangkitkan usaha kecil menengah melalui semua media sosial yang dimiliki. Ini saatnya kita berdiri di kaki kita sendiri dan memperkuat ekonomi nasional. Ayo kembali belanja ke pasar tradisional," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement