REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Stasiun televisi Australia SBS mengatakan mereka menghentikan sementara siaran berita stasiun televisi China yakni CGTN dan CCTV. SBS mengatakan langkah ini diambil usai mendapatkan keluhan mengenai pelanggaran hak asasi manusia.
Juru bicara SBS mengatakan mulai Sabtu (6/3) besok SBS tidak lagi menayangkan siaran stasiun televisi berita CGTN dan CCTV. Mereka juga akan meninjau kembali keluhan yang dilayangkan organisasi hak asasi manusia.
"Mengingat seriusnya isu yang diangkat dan rumitnya materi yang terlibat, kami harus memutuskan untuk menangguhkan siaran berita CGTN dan CCTV yang bersumber dari luar negeri saat kami melakukan penilaian terhadap layanan ini," kata SBS dalam pernyataannya, Jumat (5/3).
Di situs SBS News, sebuah berita menyebutkan organisasi hak asasi manusia Safeguard Defenders mengirimkan surat ke SBS usai regulator media Inggris mencabut lisensi CGTN karena 'melanggar peraturan serius'. Kementerian Luar Negeri China belum menjawab permintaan komentar.
Dalam suratnya Safeguard Defenders mengatakan dari tahun 2013 hingga 2020, CCTV telah menyiarkan pengakuan paksa 56 orang.
"Stasiun televisi ini terlibat dalam ekstraksi, pengemasan dan penyiaran pengakuan paksa dan palsu tahanan yang berada di bawah tekanan dan siksaan," kata Safeguard Defenders seperti yang dilaporkan SBS.
SBS merupakan lembaga penyiaran publik yang menyediakan program pendidikan dan hiburan di radio dan televisi dengan berbagai bahasa dan fokus pada isu-isu multikultural. SBS menayangkan siaran berita 15 menit dari CGTN dan 30 menit dari CCTV dalam bahasa Mandarin.