REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan isu genosida etnis Uighur di Xinjiang akan menjadi salah satu topik pembahasan dalam pertemuan para diplomat Amerika Serikat (AS) dan China pekan depan. Washington menyatakan Beijing melakukan genosida terhadap masyarakat Uighur.
"Saya tahu bahwa genosida terhadap Muslim Uighur adalah sesuatu yang akan menjadi topik diskusi langsung dengan China pekan depan," kata Psaki dalam konferensi pers pada Kamis (11/3), dikutip laman Anadolu Agency.
Dia menekankan, posisi AS dalam hal ini tegas, yakni menyatakan bahwa China telah melakukan genosida terhadap etnis Uighur. "Kami akan mencari peluang untuk bekerja dengan mitra lain untuk memberikan tekanan tambahan pada China," ujar Psaki.
Sebelumnya Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden mempertahankan penilaian tentang genosida Uighur di Xinjiang. Genosida Uighur dinyatakan sesaat sebelum pemerintahan mantan presiden Donald Trump berakhir,. "Kami tidak mengetahui bahwa kekejaman (terhadap Muslim Uighur) telah berakhir," kata Price pada Selasa (9/3).
Dia ingat Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan mantan menteri luar negeri Mike Pompeo telah sepakat bahwa genosida telah terjadi di Xinjiang. "Kami benar-benar mendukung (penilaian Pompeo soal adanya genosida di Xinjiang)," ujar Price.
Antony Blinken dan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Menlu Cina Wang Yi serta Direktur Kantor Komisi Pusat Urusan Luar Negeri Cina Yang Jiechi di Alaskan pada 18 Maret. Itu bakal menjadi pertemuan tinggi pertama kedua negara di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden.
Pada era pemerintahan mantan presiden Donald Trump, hubungan AS dan Cina memburuk. Mereka terlibat perang dagang yang turut berimbas pada perekonomian global. Pemerintahan Biden telah mengisyaratkan akan meninjau kebijakan Washington terhadap Beijing.