REPUBLIKA.CO.ID, oleh Muhyiddin, Rr Laeny Sulistyawati, Reuters
Ketua Umum MUI Jawa Timur (Jatim) Hasan Mutawakkil Alallah pada Senin (22/3), telah menyatakan, bahwa vaksin AstraZaneca hukumya halal dan aman. Sejurus dengan pernyataan Hasan itu, penyuntikan vaksin AstraZaneca terhadap ulama dan santri di Jatim pun dimulai.
Pesantren Lirboyo, sebagai salah satu pondok terbesar sekaligus tertua di Indonesia, mulai menjalankan vaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin AstraZeneca pada Selasa (23/3). Vaksinasi kali ini menyasar sekitar 150-200 santri serta pengurus pondok pesantren dengan waktu pelaksanaan selama satu hari.
"Terima kasih kepada teman-teman di Lirboyo telah berkenan warganya disuntik dengan vaksin AstraZeneca," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangannya Rabu (24/3).
Untuk mendukung pelayanan vaksinasi, Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri telah menyiapkan 20 vial atau 200 dosis vaksin AstraZeneca serta tenaga kesehatan dan vaksinator yang terdiri dari 12 orang. Ia mengakui kegiatan ini merupakan bagian dari mempercepat program vaksinasi nasional bagi 181,5 juta penduduk Indonesia dengan target waktu 12 bulan.
Pada masa kedaruratan sekarang ini, vaksin yang tersedia adalah vaksin yang terbaik untuk digunakan. Oleh karena itu, pemerintah harus mengkombinasikan berbagai macam merk vaksin Covid-19 dalam rangka memenuhi kebutuhan vaksin untuk seluruh populasi sasaran.
Sebab, tidak ada satupun produsen vaksin di dunia ini yang dapat memenuhi seluruh permintaan negara-negara besar seperti Indonesia. "Kita bersyukur mendapatkan vaksin AstraZeneca, sehingga bisa lebih banyak rakyat Indonesia divaksin. Kita tidak boleh terlambat untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia," ujarnya.
Agar semakin banyak yang divaksin, Menkes menegaskan pentingnya dukungan dari seluruh elemen masyarakat Indonesia. Tujuannya, yakni terbentuknya kekebalan kelompok cepat tercapai.
"Untuk itu penerimaan dari masyarakat terutama kiai dan ulama sangat penting, sekali lagi terima kasih," katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, KH Abdullah Kafabihi Mahrus menyambut baik pelaksanaan vaksinasi bagi kiai, santri serta pengurus NU di Surabaya dan Kediri. Pihaknya mengaku siap mendukung pemerintah untuk menggelar vaksinasi Covid-19 sebagai salah satu ikhtiar untuk mengakhiri pandemi di Tanah Air.
"Lirboyo akan mendukung apa yang menjadi program pemerintah, bagi kami kemaslahatan umat jadi prioritas utama," katanya.
Sejumlah Pondok Pesantren di Jatim saat ini pun mulai mengajukan permohonan untuk memperoleh program vaksinasi AstraZeneca. Selain Lirboyo, pondok pesantren yang mengajukan permohonan, seperti Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri dan Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang.
Dengan merujuk pada hasil Bahtsul Masail PWNU Jatim, Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang telah mengirimkan surat permohonan yang sama kepada Kementerian Kesehatan. Surat tertanggal 22 Maret 2021 tersebut ditandatangi oleh Ketua Pondok Pesantren Sabilurrosyad, Deky Arfinda dan sekretarisnya, Achmad Fattahurrozak.
In Picture: Vaksin Covid-19 Buatan AstraZeneca bagi Santri di Lirboyo
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, KH Ahmad Zainuddin menjelaskan bahwa surat permintaan vaksinasi Covid-19 yang telah dibuat pada Selasa (23/3) kemarin sebagai bagian dari usaha menjaga kesehatan para santri dan para ustaz.
“Bersama surat ini kami sampaikan permohonan permintaan vaksin Covid-19 untuk 10 ribu santri dan ustaz Pondok Pesantren Al-Falah Ploso,” kata Kiai Zainuddin.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zainy mengatakan, kehalalan vaksin AstraZeneca tidak ada yang perlu diperdebatkan lagi. Malahan menurut dia, prinsip penggunaan vaksin AstraZeneca bukan saja diperbolehkan tapi bisa masuk kategori wajib jika dalam kondisi darurat.
Dia mengatkaan, hal itu tentu berdasarkan kajian ilmiah dari para ulama. Menurut dia, Lembaga Bathsul Masail PWNU Jatim juga telah melakukan kajian yang menyatakan bahwa vaksin astraZeneca suci dan halal. Bahkan, bukan hanya melakukan kajian, para ulama NU di Jatim sudah melakukan vaksinasi dengan menggunakan vaksin astraZeneca.
“Tidak ada yang perlu diperdebatkan lebih jauh tentang status kesucian dan kehalalan vaksin astraZeneca. Mari kita sinergikan kekuatan dan energi untuk bersama-sama berupaya memutus mata rantai pandemi,” ujar Helmy dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Rabu (24/3).
Menurut dia, masyarakat Indonesia tentu merindukan kehidupan normal, anak-anak bisa kembali bersekolah, ekonomi membaik, rumah ibadah ramai dengan aktivitas peribadatan, dan segala bentuk kehidupan normal lainnya. Menurut dia, hal itu bisa dicapai jika masyarakat mau mengikuti program vaksinasi pemerintah.
“Itu semua bisa dicapai salah satunya dengan program vaksinasi ini,” ucapnya.
Dia menjelaskan, apa yang tengah dilakukan masyarakat dałam konteks vaksinasi memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam agama. Menurut dia, vaksinasi ini masuk ke dalam kategori hifdzun nafs atau upaya menjaga jiwa yang menjadi salah satu prinsip mendasar dari ajaran Islam.
“Mereka yang telah divaksin, hemat kami, adalah para pahlawan kemanusiaan yang telah berpartisipasi dalam konteks mencegah dan menekan penyebaran virus Covid-19. Siapapun yang mau menjadi relavan dalam program vaksinasi, merekalah yang disebut sebagai pahlawan kemanusiaan,” kata Helmy.
Karena itu, dia mengatakan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mendukung program vaksinasi pemerintah, yang mana saat ini menggunakan jenis vaksin Sinovac dan astraZeneca.
“Kami mengajak seluruh warga Indonesia, umat muslim, dan khususnya warga NU untuk sepenuhnya mendukung dan berpartisipasi dalam program vaksinasi ini. Ini merupakan ikhtiar lahiriah dan jasmani yang penting untuk berjihad memerangi wabah Covid-19,” jelas Helmy.
Pihak AstraZeneca pada Ahad (21/3), menegaskan, bahwa vaksin produksi mereka tidak mengandung bahan babi. Pernyataan ini sekaligus membahtah fatwa haram yang pekan lalu dikeluarkan MUI pusat.
Direktur AstraZaneca Indonesia, Rizman Abudaeri menyatakan dalam sebuah pernyataan resmi, "Dalam semua tahapan proses produksi, vektor vaksin virus tidak menggunakan atau tidak melakukan kontak dengan produk mengandung babi atau binatang lain."