REPUBLIKA.CO.ID,Rasulullah suatu ketika mengendarai khimarnya yang berjuluk Ya’fur. Beliau berkata, Naiklah wahai Muadz’ Muadz menjawab, “Melajulah, ya Rasul! Beliau berkata lagi, “ Ayo naiklah” Dan Muadz pun menyertai beliau.
Muadz berkata, maka aku pun menyertai beliau. Lalu keledai itu terjatuh karena kami.” Kedelai itu jatuh. Muadz pun jatuh. dan tidak ketinggalan Rasulullah. Lalu, apa yang diperbuat Rasulullah? Muadz berkata, “Rasulullah lalu bangkit dan tertawa. Muadz segera bangkit dan memohon maaf. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Nabi SAW tertawa dua hingga tiga kali.
Nabi dan Muadz kemudian melaju lagi. Rasulullah SAW pun mengarahkan tangannya ke punggung Muadz dan memukul pelan dengan tongkatnya. Nabi SAW berkata, “Wahai Muadz, tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-hamba Nya? Muadz berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Beliau menjawab, “Sesungguhnya hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah agar mereka menyembah-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”
Dua sahabat itu melaju kembali. Rasulullah kembali mengarahkan tongkatnya ke punggung Muadz dan berkata, ‘ Wahai Muadz, tahukah engkau apa hak seorang hamba atas Allah jika hamba tersebut melakukan itu ( melaksanakan hak Allah)? Muadz menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahuinya. Nabi Saw lantas bersabda, “Sesungguhnya hak seorang hamba atas Allah jika hamba tersebut memenuhi hak Allah adalah masuk ke dalam surga.”
Begitulah cara Nabi SAW menyampaikan nasihat kepada para sahabat. Nabi SAW menasihati dengan senyuman dan kebahagiaan. Ajarannya adalah rahmat. Kita membaca kisah Rasulullah dengan air mata. Nabi SAW sering tersakiti oleh perlakuan para penentang Allah. Perlakuan Abu Jahal dan keluarganya, masyarakat Thaif hingga beragam musibah yang menimpa keluarga dan para sahabatnya. Semua itu tak membuat Nabi SAW gentar. Dengan pertolongan Allah SWT, Rasulullah SAW menghadapi segala getirnya ujian dengan tawakal.
Di tengah jalan dakwah yang berat dan berliku, Nabi SAW selalu hadir dengan senyum terbaik. Termasuk ketika nyawa baginda berada di ujung tanduk ketika perang Uhud. Saat bala tentara berperang, pedang-pedang terhunus. Kepala pun berjatuhan. Kematian datang silih berganti. Di tengah ketakutan itu, Rasulullah masih bisa tertawa. “Para pejuang itu melewatimu penuh luka. Sedangkan wajahmu berseri dan bibirmu tersenyum.”